Kisah Ashabul Kahfi, yang dikenal sebagai "Para Penghuni Gua", adalah salah satu narasi yang penuh dengan keajaiban dan pelajaran berharga. Diceritakan dalam berbagai kitab suci dan tradisi, kisah ini mengisahkan tentang sekelompok pemuda yang menentang penguasa zalim dan memilih untuk mencari perlindungan di sebuah gua. Namun, kisah mereka tidak berhenti pada upaya penyelamatan diri, melainkan berlanjut pada sebuah kebangkitan yang sungguh luar biasa, yang membuat banyak orang bertanya: Ashabul Kahfi dibangunkan oleh apa?
Inti dari kebangkitan para pemuda ini adalah bukan karena suara manusia, alarm buatan, atau bahkan goncangan alam semata. Kisah ini menekankan kekuatan dan kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Para pemuda tersebut tertidur di dalam gua selama berabad-abad, sebuah periode waktu yang sangat panjang melampaui batas kewajaran manusia. Mereka tertidur dalam keadaan damai dan dilindungi oleh Tuhan, dan mereka terbangun kembali dalam keadaan yang sama, namun dunia di sekitar mereka telah berubah total.
Secara naratif, ketika waktu yang telah ditentukan oleh Allah tiba, barulah mereka dibangunkan. Tidak ada mekanisme fisik yang secara spesifik disebutkan sebagai pemicu kebangkitan mereka. Sebaliknya, pemahaman yang mendalam dari kisah ini adalah bahwa kebangkitan mereka adalah manifestasi langsung dari kekuasaan ilahi. Allah SWT yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang mengendalikan setiap detik dan setiap kejadian, adalah satu-satunya yang memiliki kekuatan untuk menidurkan dan membangunkan mereka setelah sekian lama.
Tidur yang dialami oleh Ashabul Kahfi bukanlah tidur biasa. Ini adalah tidur yang diistirahatkan oleh Allah, di mana tubuh mereka tetap utuh dan terpelihara, tidak terpengaruh oleh waktu yang terus berjalan. Bayangkan saja, tidur selama ratusan tahun! Ini adalah sebuah keajaiban yang menegaskan bahwa bagi Allah, tidak ada yang mustahil. Apa yang bagi manusia merupakan hal yang mustahil, bagi Sang Pencipta adalah sebuah kemudahan.
Ketika mereka terbangun, mereka mengira hanya tertidur sebentar. Hal ini menunjukkan betapa luar biasanya cara Allah menjaga mereka. Mereka terbangun dengan perasaan segar, seolah-olah baru saja menutup mata. Perubahan dunia di luar gua, dari penguasa yang zalim menjadi masyarakat yang mungkin telah beriman, menjadi bukti nyata bahwa waktu telah berlalu begitu panjang.
"Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau sangka tetap membeku, padahal ia berjalan seperti awan; (begitulah) perbuatan Allah yang menciptakan segala sesuatu dengan kokoh. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS An-Naml: 88)
Ayat ini, meskipun tidak secara langsung menyebut Ashabul Kahfi, memberikan gambaran tentang bagaimana Allah mengatur segalanya dengan sempurna dan bagaimana fenomena yang tampak statis pun sebenarnya bergerak sesuai kehendak-Nya. Begitu pula dengan Ashabul Kahfi, mereka berada dalam "gerakan" waktu yang tak terlihat oleh mereka.
Kisah Ashabul Kahfi, termasuk momen kebangkitan mereka, sarat dengan pesan moral. Pertama, ini mengajarkan tentang pentingnya keimanan yang teguh, bahkan di hadapan ancaman dan penindasan. Para pemuda ini berani mempertaruhkan segalanya demi akidah mereka. Kedua, kisah ini mengingatkan bahwa perlindungan tertinggi datang dari Allah. Gua hanyalah tempat fisik, namun perlindungan sejati datang dari Sang Pencipta.
Ketika ditanya tentang Ashabul Kahfi dibangunkan oleh apa, jawaban yang paling tepat adalah oleh kehendak dan kekuasaan Allah SWT. Kebangkitan mereka adalah pengingat bahwa Allah memiliki kuasa atas kehidupan dan kematian, serta atas perjalanan waktu. Hal ini juga menjadi dasar keyakinan umat Islam tentang kebangkitan di hari kiamat, di mana Allah akan membangkitkan seluruh manusia dari kematian mereka.
Kisah ini bukan sekadar cerita kuno, melainkan sebuah pelajaran abadi tentang iman, keteguhan, dan kekuasaan ilahi. Bagaimana mereka ditidurkan, dijaga, dan akhirnya dibangunkan kembali adalah bukti nyata dari campur tangan Tuhan dalam sejarah manusia, memberikan tanda dan pelajaran bagi mereka yang mau merenung.