Kisah Ashabul Kahfi adalah sebuah narasi yang termaktub dalam Al-Qur'an, tepatnya dalam Surat Al-Kahfi. Kisah ini bercerita tentang sekelompok pemuda beriman yang hidup di masa lalu, di sebuah negeri yang dikuasai oleh penguasa zalim dan masyarakat yang menyembah berhala. Demi menjaga keimanan mereka, para pemuda ini memutuskan untuk berhijrah dan berlindung di sebuah gua. Bersama mereka, ada seekor hewan yang menjadi saksi bisu dan bagian tak terpisahkan dari perjalanan spiritual mereka: seekor anjing yang setia.
Meskipun Al-Qur'an tidak menyebutkan secara spesifik jumlah pasti dan nama-nama para pemuda Ashabul Kahfi, namun berbagai riwayat dan tafsir dari para ulama menyebutkan bahwa mereka berjumlah tujuh orang. Perbedaan pendapat mengenai jumlah dan nama ini juga umum terjadi di kalangan ahli sejarah dan tafsir. Namun, yang terpenting dari kisah ini adalah keteguhan iman mereka dalam menghadapi tekanan dan godaan.
Dalam beberapa riwayat yang populer, nama-nama pemuda Ashabul Kahfi yang sering disebutkan adalah sebagai berikut:
Perlu digarisbawahi kembali bahwa nama-nama ini berasal dari interpretasi dan riwayat yang berbeda-beda, dan tidak ada penegasan mutlak dalam teks suci. Fokus utama kisah ini adalah pelajaran tentang keyakinan, kesabaran, dan pertolongan Allah SWT.
Salah satu elemen yang membuat kisah Ashabul Kahfi semakin unik dan menarik adalah kehadiran seekor anjing yang setia menemani mereka. Anjing ini disebutkan dalam Al-Qur'an dengan deskripsi yang menunjukkan posisinya yang dekat dengan para pemuda.
Dalam Surat Al-Kahfi ayat 18, Allah SWT berfirman, "...dan anjing mereka menjulurkan kedua lengannya di depan gua..." Deskripsi ini menggambarkan betapa dekatnya anjing tersebut dengan para pemuda, seolah ikut menjaga dan menemani mereka.
Mengenai nama anjing tersebut, juga terdapat beberapa perbedaan pendapat di kalangan para ulama dan ahli tafsir. Namun, nama yang paling sering disebut dan dikenal luas adalah:
Keberadaan anjing ini dalam gua bersama para pemuda yang beriman menimbulkan pertanyaan dan menjadi objek tafsir. Ada yang berpendapat bahwa anjing ini adalah milik salah satu dari pemuda tersebut dan tidak mau berpisah. Ada pula yang melihatnya sebagai simbol kesetiaan yang luar biasa, bahkan seekor hewan pun dapat merasakan keberkahan keimanan dan kebenaran.
Kisah Ashabul Kahfi dan anjingnya mengingatkan kita akan pentingnya menjaga akidah dan keimanan, bahkan di tengah lingkungan yang tidak kondusif. Kesetiaan anjing tersebut, meski hanya seekor hewan, menjadi pelajaran berharga tentang persahabatan, pengorbanan, dan keberadaan di sisi orang-orang yang benar. Peristiwa tertidurnya mereka di dalam gua selama ratusan tahun adalah bukti kekuasaan Allah SWT dan janji-Nya untuk membela hamba-hamba-Nya yang teguh pendirian.