Kisah Ashabul Kahfi, para pemuda beriman yang tidur selama berabad-abad di dalam gua, merupakan salah satu narasi penting dalam ajaran Islam dan Kristen. Kisah ini bukan hanya tentang mukjizat fisik, tetapi juga tentang kekuatan iman, keteguhan pendirian, dan perlindungan Allah SWT terhadap hamba-Nya yang taat. Salah satu aspek yang sering menarik perhatian adalah pertanyaan mengenai nama-nama Ashabul Kahfi yang terlibat dalam peristiwa luar biasa ini.
Ashabul Kahfi secara harfiah berarti "Penghuni Gua". Mereka adalah sekelompok pemuda yang hidup pada masa kekuasaan Kaisar Dekius, seorang penguasa Romawi yang menindas kaum beriman. Di kota Tarsus (atau Ephesus, tergantung pada riwayatnya), para pemuda ini menolak untuk menyembah berhala dan memilih untuk mempertahankan keimanan mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mengetahui bahwa nyawa mereka terancam jika tetap tinggal, mereka memutuskan untuk mengungsi dan mencari tempat persembunyian.
Mereka akhirnya menemukan sebuah gua yang tersembunyi di pegunungan. Di dalam gua inilah mereka tertidur lelap atas izin Allah SWT. Periode tidur mereka berlangsung sangat lama, menurut riwayat Al-Qur'an selama 309 tahun dalam hitungan matahari. Ketika mereka terbangun, dunia telah berubah drastis. Masyarakatnya sudah menganut agama tauhid, dan mereka yang tadinya bersembunyi justru menjadi bukti hidup akan kekuasaan Allah dan kebenaran ajaran para nabi.
Meskipun kisah Ashabul Kahfi disebutkan dalam Al-Qur'an surah Al-Kahfi, kitab suci umat Islam, dan juga memiliki paralel dalam tradisi Kristen, Al-Qur'an sendiri tidak secara eksplisit menyebutkan nama-nama mereka. Hal ini menimbulkan berbagai penafsiran dan diskusi di kalangan para ulama dan sejarawan. Al-Qur'an hanya menyebutkan jumlah mereka, yaitu "tiga orang dan yang keempatnya adalah anjing mereka, atau lima orang dan yang keenamnya adalah anjing mereka, atau tujuh orang dan yang kedelapannya adalah anjing mereka." (QS. Al-Kahfi: 18).
Namun, dalam tradisi lisan dan beberapa kitab tafsir yang mengacu pada riwayat-riwayat dari ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) atau hadis-hadis yang periwayatannya perlu diteliti lebih lanjut, muncul beberapa nama yang dikaitkan dengan Ashabul Kahfi. Perlu ditekankan bahwa penyebutan nama-nama ini bersifat khilafiyah (diperselisihkan) dan tidak memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur'an maupun hadis sahih yang mutawatir.
Beberapa nama yang sering disebut dalam berbagai literatur dan tradisi adalah:
Selain itu, ada pula penyebutan nama-nama lain seperti Qamtharin, Taflusun, dan Masyalikh. Anjing mereka yang setia konon bernama Qatmir. Namun, sekali lagi, penting untuk diingat bahwa nama-nama ini tidak ditemukan dalam teks Al-Qur'an secara langsung. Keberadaan nama-nama ini lebih banyak berasal dari tradisi Israiliyyat atau riwayat-riwayat yang diragukan keasliannya.
Terlepas dari perdebatan mengenai nama-nama Ashabul Kahfi, esensi dari kisah mereka tetaplah relevan dan memberikan pelajaran berharga bagi umat manusia. Kisah ini mengajarkan tentang:
Bagi umat Islam, kisah ini merupakan pengingat akan pentingnya berpegang teguh pada ajaran agama, bahkan ketika menghadapi tekanan sosial atau politik. Surah Al-Kahfi sendiri memiliki banyak keutamaan dan dianjurkan untuk dibaca setiap hari Jumat sebagai pelindung dari fitnah Dajjal dan sebagai sumber kekuatan spiritual.
Meskipun nama-nama Ashabul Kahfi mungkin menjadi subjek perdebatan akademis, fokus utama seharusnya tetap pada pelajaran moral dan spiritual yang terkandung dalam kisah mereka. Mereka adalah simbol keberanian, keimanan, dan perjuangan demi keyakinan yang benar, sebuah teladan abadi yang terus menginspirasi hingga kini.