Eceng gondok, tanaman air yang sering dianggap sebagai gulma, ternyata menyimpan potensi besar dalam dunia pertanian organik. Salah satu manfaatnya yang signifikan adalah kemampuannya diubah menjadi asam humat cair. Asam humat adalah senyawa organik kompleks yang sangat penting bagi kesehatan tanah dan pertumbuhan tanaman. Ia berperan sebagai pengkelat nutrisi, meningkatkan struktur tanah, dan merangsang aktivitas mikroba tanah. Dengan memanfaatkan eceng gondok, kita dapat menciptakan pupuk organik cair yang efektif dan ramah lingkungan.
Eceng gondok memiliki kandungan bahan organik yang tinggi, termasuk komponen yang dapat diurai menjadi asam humat. Pertumbuhannya yang pesat di perairan umum menjadikannya sumber daya yang melimpah dan mudah didapatkan. Proses pembuatan asam humat cair dari eceng gondok juga relatif sederhana, memungkinkan siapa saja untuk melakukannya, baik di skala rumah tangga maupun komersial. Ini menjadi solusi berkelanjutan untuk mengatasi masalah eceng gondok sekaligus menghasilkan pupuk berkualitas.
Proses pembuatan ini melibatkan fermentasi anaerobik yang akan menguraikan bahan organik eceng gondok menjadi asam humat. Berikut adalah langkah-langkahnya:
Cuci bersih eceng gondok untuk menghilangkan pasir, lumpur, dan kontaminan lainnya. Potong-potong eceng gondok menjadi ukuran yang lebih kecil (sekitar 5-10 cm) untuk mempercepat proses penguraian.
Masukkan eceng gondok yang sudah dipotong ke dalam wadah fermentasi. Perbandingan eceng gondok dan air adalah sekitar 1:1 hingga 1:2 (misalnya, 1 kg eceng gondok dengan 1-2 liter air). Tambahkan gula pasir atau molase sebanyak 5-10% dari berat eceng gondok. Sedikit garam (sekitar 1 sendok teh per liter air) juga dapat ditambahkan. Jika menggunakan EM 4, tambahkan sesuai dosis yang tertera pada kemasan.
Tutup wadah fermentasi dengan rapat. Pastikan wadah kedap udara untuk menciptakan kondisi anaerobik. Jika menggunakan wadah yang tidak kedap udara sempurna, Anda bisa menggunakan metode airlock sederhana dengan melubangi tutupnya dan memasukkan selang ke dalam botol berisi air.
Simpan wadah fermentasi di tempat yang sejuk dan teduh, terhindar dari sinar matahari langsung. Proses fermentasi biasanya memakan waktu antara 2 hingga 6 minggu, tergantung suhu lingkungan dan keberadaan starter mikroba.
Selama proses fermentasi, Anda mungkin akan melihat gelembung-gelembung gas yang keluar, ini menandakan proses penguraian sedang berjalan. Anda dapat membuka wadah sesekali untuk memeriksa aroma. Aroma yang seharusnya muncul adalah aroma asam manis seperti tape, bukan bau busuk menyengat.
Beberapa praktisi menyarankan untuk mengaduk campuran secara berkala (misalnya seminggu sekali) untuk homogenitas, namun ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terlalu banyak membiarkan udara masuk.
Setelah proses fermentasi dianggap selesai (biasanya ditandai dengan tidak adanya gelembung gas signifikan dan aroma yang stabil), saring cairan hasil fermentasi menggunakan kain kasa atau saringan halus untuk memisahkan residu padat eceng gondok. Cairan inilah yang merupakan asam humat cair.
Asam humat cair eceng gondok dapat diaplikasikan sebagai pupuk cair atau sebagai agen pembenah tanah. Dosis penggunaan sangat bervariasi tergantung pada jenis tanaman, kondisi tanah, dan metode aplikasi. Sebagai panduan umum:
Penting untuk melakukan uji coba pada skala kecil terlebih dahulu sebelum mengaplikasikan secara luas untuk menemukan dosis yang paling efektif untuk tanaman Anda.
Dengan mengikuti panduan ini, Anda dapat secara mandiri membuat asam humat cair yang bermanfaat dari eceng gondok. Ini adalah langkah kecil namun signifikan menuju pertanian yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.