Surah Al-A'la, yang berarti "Yang Paling Tinggi", adalah surah ke-87 dalam Al-Qur'an. Surah ini tergolong Makkiyah, diturunkan di Mekkah sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Meskipun singkat, Surah Al-A'la sarat akan ajaran pokok Islam, yaitu tauhid (keesaan Allah), penciptaan alam semesta, serta penegasan akan wahyu ilahi yang disampaikan melalui para nabi. Memahami asbabun nuzul atau sebab turunnya sebuah surah dapat memberikan kedalaman makna dan konteks historis yang membantu umat Muslim lebih meresapi pesan-pesan Ilahi.
Para ulama tafsir sepakat bahwa Surah Al-A'la merupakan surah Makkiyah. Periode Mekkah adalah masa awal kenabian Rasulullah SAW, di mana tantangan dan penolakan dari kaum Quraisy sangatlah besar. Pada masa ini, fokus dakwah Rasulullah SAW adalah penanaman akidah tauhid, pengenalan Allah SWT sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta, serta peringatan tentang hari akhir. Surah Al-A'la hadir di tengah perjuangan dakwah ini, memberikan penguatan bagi Rasulullah SAW dan para sahabat, serta menjadi penegas akan kebenaran risalah yang dibawa.
Secara spesifik, mengenai asbabun nuzul Surah Al-A'la, terdapat beberapa riwayat yang dapat menjadi pijakan. Salah satu riwayat yang sering disebut adalah terkait dengan kebiasaan Rasulullah SAW dalam membaca surah-surah di awal salat. Diceritakan bahwa Rasulullah SAW sering membaca Surah Al-A'la dan Surah Al-Ghasyiyah dalam salat dua rakaat Idul Fitri dan Idul Adha, serta dalam salat Jumat. Namun, ini lebih kepada praktik Rasulullah SAW daripada sebab turunnya ayat tersebut.
Riwayat lain yang lebih relevan dengan asbabun nuzul berkaitan dengan keraguan atau pertanyaan yang muncul dari kaum musyrikin terkait kebenaran Al-Qur'an dan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Allah SWT menurunkan Surah Al-A'la untuk menegaskan kembali keagungan-Nya, kekuasaan-Nya dalam menciptakan, dan kepastian akan datangnya wahyu yang diturunkan kepada Nabi-Nya. Ayat-ayat awal surah ini, "Sabbihisma rabbikal a'la" (Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi), adalah seruan langsung kepada seluruh makhluk untuk mengagungkan Allah, menyucikan-Nya dari segala sekutu dan kekurangan.
Setiap ayat dalam Surah Al-A'la memiliki makna yang mendalam dan relevan bagi kehidupan manusia.
"Sabbihisma rabbikal a'la" (Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi). Ayat ini adalah inti dari surah ini. Ia mengajak seluruh umat manusia, bukan hanya kaum mukminin, untuk mengakui keagungan Allah, menyucikan-Nya dari segala bentuk penyekutuan, dan mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Ketiga ayat pertama ini menjadi pembuka yang kuat untuk memahami hakikat keesaan Allah.
"Alladzi khalaqa fasawwa, wa alladzi qaddara f Hada" (Yang menciptakan, lalu menyempurnakan ciptaan-Nya, dan Yang menentukan kadar lalu memberi petunjuk). Ayat ini menyoroti bukti-bukti kekuasaan Allah melalui ciptaan-Nya yang sempurna dan teratur. Allah tidak hanya menciptakan, tetapi juga menyempurnakan setiap makhluk sesuai dengan fungsinya masing-masing. Ia pula yang menentukan takaran dan nasib setiap ciptaan, serta memberikan petunjuk kepada mereka agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
"Wa alladzi akhraja mar'al-hazz-a, faja'alahu ghuthaa'an ahwaa" (Dan Yang mengeluarkan binatang ternak, lalu menjadikannya biawak yang kering). Beberapa tafsir mengartikan ayat ini sebagai proses penciptaan manusia dari segumpal darah. Ada pula yang menafsirkan ini sebagai tahapan penciptaan manusia dari tanah, kemudian menjadi segumpal daging, lalu menjadi makhluk yang hidup. Ayat-ayat ini mengingatkan manusia akan asal usulnya yang hina, sehingga tidak layak bersikap sombong.
"Fadzakir innadz-dzikra tanfa'ul mu'minin" (Maka berikanlah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman). Ayat ini menegaskan bahwa Al-Qur'an dan ajaran Islam adalah peringatan yang bermanfaat bagi orang beriman. Allah menjanjikan kemudahan bagi orang yang mengamalkan Al-Qur'an, sementara bagi orang yang berpaling dan sombong akan diazab. "Wa la yasaallaha illal asyqiy" (Dan tidak akan dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang celaka). Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang celaka adalah mereka yang menolak kebenaran dan sombong.
"Alladzi yashlan naaral kubra, tsumma la yamut fiiha wa la yahya. Qad aflaha man tazakka, wa dzakaras-sma rabbihifashalla" (Yang akan masuk ke api yang besar. Kemudian dia tidak akan mati di dalamnya dan tidak pula hidup. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan diri, dan dia ingat nama Tuhannya lalu dia shalat). Ayat-ayat penutup ini memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang mensucikan diri dari dosa, beriman, dan senantiasa mengingat Allah dengan mendirikan salat. Mereka inilah yang akan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Memahami asbabun nuzul Surah Al-A'la memberikan kita beberapa pelajaran penting:
Meskipun Surah Al-A'la tergolong Makkiyah dan mayoritas riwayat asbabun nuzul tidak spesifik merujuk pada satu peristiwa tertentu, makna dan pesan yang terkandung di dalamnya sangat relevan untuk dipahami oleh setiap Muslim di setiap zaman. Pesan tauhid, kebesaran ciptaan Allah, dan pentingnya ibadah adalah pilar-pilar agama yang senantiasa dibutuhkan.
"Dengan memahami asbabun nuzul, kita tidak hanya membaca teks, tetapi juga menyelami konteks dan kedalaman hikmah di balik setiap ayat."
Dengan merenungi Surah Al-A'la dan asbabun nuzulnya, diharapkan kita semakin bertambah keimanan, ketaqwaan, dan semangat untuk senantiasa mensucikan nama Allah serta menjalankan perintah-Nya.