Simbol Kemenangan dan Janji Allah
Setiap ayat Al-Qur'an memiliki kisah di balik penurunannya, yang dikenal sebagai asbabun nuzul. Memahami konteks ini membantu kita menggali makna yang lebih dalam dan relevansi abadi dari firman Allah SWT. Salah satu ayat yang sarat makna dan memiliki asbabun nuzul yang menarik adalah Surat Al-Fath ayat 29. Ayat ini sering dikutip dan menjadi sumber kekuatan serta motivasi bagi umat Islam.
Surat Al-Fath diturunkan setelah peristiwa penting dalam sejarah Islam, yaitu Perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian ini terjadi pada tahun keenam Hijriyah ketika Nabi Muhammad SAW bersama ribuan sahabatnya berniat untuk melaksanakan umrah ke Makkah. Namun, kedatangan mereka di Hudaibiyah dicegat oleh kaum Quraisy yang tidak mengizinkan mereka masuk ke kota suci.
Setelah melalui negosiasi yang alot, akhirnya kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan perjanjian damai yang dikenal sebagai Perjanjian Hudaibiyah. Isi perjanjian ini sebenarnya cukup memberatkan kaum Muslimin pada saat itu. Salah satu poinnya adalah kaum Muslimin harus kembali ke Madinah pada tahun itu juga dan baru diizinkan masuk ke Makkah pada tahun berikutnya. Selain itu, ada poin lain yang memperbolehkan seorang Muslim yang melarikan diri ke Madinah untuk dikembalikan kepada kaum Quraisy, namun sebaliknya tidak berlaku.
Beberapa sahabat Nabi merasa sangat keberatan dengan isi perjanjian ini. Mereka menganggap perjanjian tersebut sebagai kekalahan atau penghinaan bagi umat Islam. Di antara mereka yang merasa kecewa adalah Umar bin Khattab RA. Beliau bertanya kepada Nabi SAW, "Apakah engkau belum menjadi Rasul Allah?" Nabi SAW menjawab, "Tentu saja." Umar bertanya lagi, "Bukankah kita di atas kebenaran dan mereka di atas kebatilan?" Nabi SAW menjawab, "Tentu saja." Umar kemudian bertanya, "Lalu mengapa kita tunduk pada kehinaan ini?" Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya aku adalah utusan Allah, dan Dia tidak akan menyia-nyiakan aku."
Dalam kondisi kekecewaan dan kebingungan sebagian sahabat inilah, Allah SWT menurunkan Surat Al-Fath. Ayat 29 dari surat ini menjadi peneguh dan penjelas dari hakikat kemenangan yang sesungguhnya, yang tidak selalu terlihat dari sudut pandang zahir.
"Muhammad itu adalah seorang utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Tanda pada wajah mereka tampak dari bekas sujud. Itulah gambaran mereka dalam Taurat dan gambaran mereka dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian menjadikan tunas itu kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya, menakjubkan para petani, agar Allah mendatangkan murka kepada orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang di antara mereka yang beriman dan mengerjakan amal saleh, ampunan dan pahala yang besar." (QS. Al-Fath: 29)
Asbabun nuzul ini memberikan gambaran jelas bahwa ayat 29 Surat Al-Fath adalah sebuah penegasan dari Allah SWT mengenai hakikat kemenangan yang diraih oleh kaum Muslimin, meskipun secara lahiriah tampak seperti sebuah kekalahan atau kompromi. Allah SWT menjelaskan bahwa kemenangan yang hakiki bukanlah hanya kemenangan politik atau militer semata, melainkan kemenangan hati dan ketakwaan.
Ayat ini menggambarkan karakteristik orang-orang beriman yang bersama Nabi Muhammad SAW. Mereka adalah pribadi-pribadi yang tegas terhadap musuh, namun penuh kasih sayang terhadap sesama mukmin. Ketaatan mereka kepada Allah SWT terlihat jelas dalam ibadah rukuk dan sujud, di mana mereka senantiasa mencari keridaan dan pahala dari-Nya. Ciri fisik mereka yang tampak dari bekas sujud menunjukkan betapa khusyuknya mereka dalam beribadah, dan ini adalah tanda kemuliaan mereka yang diakui bahkan dalam kitab-kitab terdahulu (Taurat dan Injil).
Perumpamaan dengan benih yang tumbuh menjadi kokoh menunjukkan bagaimana kekuatan iman dan amal saleh akan berkembang seiring waktu, meskipun awalnya mungkin terlihat kecil atau lemah. Keteguhan kaum mukmin ini akan membuat Allah mendatangkan kemurkaan kepada orang-orang kafir.
Pada bagian akhir ayat, Allah SWT memberikan janji yang indah bagi mereka yang beriman dan beramal saleh: ampunan dari segala dosa dan pahala yang besar. Ini menegaskan bahwa di balik setiap ujian dan cobaan, terdapat kemudahan dan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Perjanjian Hudaibiyah, yang pada awalnya dianggap sebagai penindasan, justru menjadi sarana bagi kaum Muslimin untuk semakin mematangkan diri, memperkuat iman, dan akhirnya meraih kemenangan yang lebih besar di masa mendatang.
Memahami asbabun nuzul Surat Al-Fath ayat 29 mengajarkan kita bahwa kemenangan sejati seringkali membutuhkan kesabaran, keteguhan hati, dan keyakinan penuh kepada pertolongan Allah. Perspektif ini sangat penting bagi setiap individu Muslim dalam menghadapi berbagai tantangan hidup, baik secara personal maupun kolektif. Kemenangan bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan sebuah proses yang diawali dengan iman dan diakhiri dengan keridaan ilahi.