Novel "Laskar Pelangi" karya Andrea Hirata adalah sebuah karya sastra yang memukau dan telah menyentuh hati jutaan pembaca, baik di Indonesia maupun di kancah internasional. Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan anak-anak dari keluarga miskin di Pulau Belitung, Bangka Belitung, yang berjuang keras untuk mendapatkan pendidikan di tengah keterbatasan.
Alur cerita dimulai dengan pengenalan sekolah tempat para tokoh utama belajar, yaitu Sekolah Dasar Muhammadiyah. Sekolah ini hampir ditutup karena kekurangan murid. Namun, berkat semangat juang Ibu Muslimah Hafsari (Ibu Mus) dan Bapak Harfan, serta desakan dari warga, sekolah akhirnya bisa diselamatkan. Di sinilah kita diperkenalkan dengan 10 anak luar biasa yang menjadi inti dari "Laskar Pelangi". Mereka adalah Ikal, Lintang, Mahar, Kucai, Bobo, Sahara, A Kiong, Kamil, Trapani, dan Syahdan. Masing-masing memiliki karakter dan latar belakang yang unik, namun disatukan oleh impian besar untuk belajar dan meraih masa depan yang lebih baik.
Kehidupan di Belitung pada masa itu sangatlah sulit. Anak-anak Laskar Pelangi harus berjalan berkilo-kilometer setiap hari untuk sampai ke sekolah. Mereka seringkali menghadapi berbagai rintangan, mulai dari masalah ekonomi keluarga yang membuat mereka harus bekerja di luar jam sekolah, hingga prasangka dari masyarakat sekitar yang memandang pendidikan sebagai hal yang kurang penting bagi anak-anak dari kalangan mereka. Meskipun begitu, semangat belajar mereka tak pernah padam. Mereka menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana, seperti belajar bersama di bawah pohon mangga, melantunkan lagu "Maju Tak Gentar" dengan irama yang khas, atau bermain layangan.
Di antara kesepuluh anak tersebut, Lintang adalah sosok yang paling menonjol. Ia memiliki kecerdasan luar biasa, bakat matematika yang tajam, dan rasa ingin tahu yang tak terbatas. Lintang bercita-cita menjadi seorang ahli fisika dan penemu, bahkan ia mampu mengalahkan nilai guru sekolahnya dalam berbagai mata pelajaran. Namun, mimpinya terhalang oleh takdir yang memaksanya untuk berhenti sekolah demi membantu keluarganya.
Selain Lintang, tokoh Ikal menjadi narator utama cerita. Melalui sudut pandangnya, pembaca diajak untuk merasakan suka duka, harapan, dan kekecewaan yang dialami oleh Laskar Pelangi. Perjuangan Ikal untuk terus sekolah dan meraih mimpinya menjadi inti dari perkembangan cerita.
Alur cerita tidak berhenti pada perjuangan akademis semata. Laskar Pelangi juga menghadapi berbagai konflik dan tantangan pribadi. Ada persaingan persahabatan, perbedaan keyakinan yang sempat menimbulkan ketegangan, hingga momen-momen haru ketika salah satu dari mereka harus menghadapi kehilangan atau kesulitan yang mendalam. Adegan paling menyentuh mungkin adalah ketika Lintang harus menyerah pada nasib dan berhenti sekolah, atau ketika Kucai dikhianati oleh sahabatnya sendiri.
Meskipun penuh rintangan, Laskar Pelangi berhasil meraih berbagai pencapaian. Mereka berhasil memenangkan lomba kerupuk, membuat pertunjukan kesenian yang memukau, dan membuktikan bahwa anak-anak dari kampung terpencil pun mampu bersaing dan berprestasi. Pengalaman-pengalaman inilah yang membentuk karakter mereka, mengajarkan nilai-nilai keteguhan, persahabatan, dan pentingnya mimpi.
Novel ini tidak hanya berhenti pada masa sekolah dasar. Cerita berlanjut hingga Ikal beranjak dewasa dan bekerja di sebuah perusahaan perkebunan, di mana ia bertemu kembali dengan cinta sejatinya, A Ling. Perjalanan Ikal dalam mencari dan meraih impiannya, serta bagaimana ia tidak pernah melupakan asal-usulnya dan teman-teman Laskar Pelangi-nya, menjadi penutup yang manis namun tetap realistis. "Laskar Pelangi" meninggalkan pesan moral yang mendalam tentang kekuatan pendidikan, pentingnya tidak pernah menyerah pada impian, dan keajaiban persahabatan yang dapat membangkitkan semangat bahkan di tengah kesulitan terberat.
Simbol pelangi yang merepresentasikan harapan dan keberagaman.