Astigmatisme, sebuah kelainan refraksi mata yang umum, sering kali disalahpahami. Kondisi ini terjadi ketika kornea (permukaan depan mata yang bening) atau lensa mata tidak memiliki kelengkungan yang sempurna dan merata. Akibatnya, cahaya yang masuk ke mata tidak difokuskan dengan benar pada satu titik di retina, menyebabkan pandangan kabur atau terdistorsi pada berbagai jarak. Memahami 5 jenis astigmatisme sangat penting untuk diagnosis dan penanganan yang tepat.
Secara sederhana, astigmatisme terjadi ketika kornea atau lensa mata memiliki bentuk seperti bola rugby, bukan bola basket yang simetris. Perbedaan kelengkungan ini menyebabkan titik fokus cahaya menjadi tidak tunggal, melainkan tersebar, sehingga menghasilkan citra yang kabur atau ganda.
Ini adalah jenis astigmatisme yang paling umum. Pada kondisi ini, mata memiliki kelengkungan kornea atau lensa yang tidak teratur DAN juga memiliki mata yang rabun jauh. Artinya, penderita astigmatisme miopia mengalami kesulitan melihat objek jarak jauh secara jelas, selain juga mengalami distorsi pandangan akibat astigmatismenya.
Berbeda dengan sebelumnya, astigmatisme hiperopia terjadi ketika mata memiliki kelengkungan yang tidak teratur DAN juga mata mengalami rabun dekat. Penderita jenis ini akan kesulitan melihat objek jarak dekat dengan jelas, ditambah dengan efek pandangan kabur atau terdistorsi akibat kelengkungan mata yang tidak merata.
Ini adalah kondisi yang lebih kompleks di mana mata mengalami dua kelainan refraksi sekaligus, yaitu rabun jauh dan rabun dekat, dalam dua meridian (arah) yang berbeda pada mata yang sama. Misalnya, satu meridian mata mungkin hiperopik (rabun dekat) sementara meridian lainnya miopik (rabun jauh). Hal ini menyebabkan pandangan kabur pada semua jarak.
Jenis astigmatisme ini adalah yang paling sering ditemui. Pada astigmatisme reguler, kelengkungan kornea atau lensa tidak merata dalam dua meridian utama yang saling tegak lurus (90 derajat). Perbedaan kelengkungan ini menyebabkan cahaya difokuskan pada dua titik berbeda di depan atau di belakang retina, atau satu di depan dan satu di belakang retina.
Astigmatisme ireguler lebih jarang terjadi dan biasanya disebabkan oleh cedera mata, penyakit kornea seperti keratokonus, atau pascaoperasi mata. Pada jenis ini, kelengkungan kornea atau lensa tidak merata di banyak meridian, tidak hanya di dua meridian utama. Akibatnya, penglihatan menjadi sangat kabur dan sulit dikoreksi dengan kacamata biasa.
Gejala astigmatisme dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahannya, namun yang paling umum meliputi:
Diagnosis astigmatisme dilakukan melalui pemeriksaan mata komprehensif oleh dokter mata atau ahli optometri. Menggunakan berbagai alat dan tes, profesional perawatan mata dapat menentukan ada tidaknya astigmatisme dan tingkat keparahannya.
Penanganan astigmatisme bertujuan untuk mengoreksi kelengkungan yang tidak teratur sehingga cahaya dapat difokuskan dengan benar pada retina. Pilihan penanganan meliputi:
Kacamata adalah metode koreksi yang paling umum untuk astigmatisme. Lensa kacamata khusus yang disebut lensa silindris dirancang untuk menyeimbangkan kelengkungan kornea atau lensa mata, sehingga mengembalikan kejernihan penglihatan.
Mirip dengan kacamata, lensa kontak torik memiliki desain khusus untuk mengoreksi astigmatisme. Lensa ini menyesuaikan bentuknya dengan kornea yang tidak teratur untuk memberikan penglihatan yang lebih jelas.
Untuk kasus astigmatisme ireguler yang parah, lensa RGP sering kali menjadi pilihan terbaik. Lensa ini kaku dan menciptakan permukaan optik yang halus di atas kornea yang tidak teratur, sehingga menghasilkan penglihatan yang jauh lebih baik.
Prosedur bedah seperti LASIK (Laser-Assisted In Situ Keratomileusis) atau PRK (Photorefractive Keratectomy) dapat digunakan untuk membentuk kembali kornea dan mengoreksi astigmatisme. Namun, tidak semua jenis astigmatisme cocok untuk bedah refraktif, dan keputusan ini harus didiskusikan secara mendalam dengan dokter spesialis bedah mata.
Deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap 5 jenis astigmatisme dapat membantu mencegah komplikasi lebih lanjut dan memastikan kualitas hidup yang optimal. Jika Anda mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas, segera konsultasikan dengan profesional perawatan mata.