Gambar: Kitab Suci Al-Qur'an, sumber utama ajaran Islam
Al-Qur'an adalah kalamullah, pedoman hidup bagi umat manusia, yang di dalamnya terkandung berbagai petunjuk, peringatan, dan kisah-kisah penuh hikmah. Di antara surah-surah agung dalam Al-Qur'an, Surat Az-Zumar menempati posisi yang istimewa dengan ayat-ayatnya yang menggetarkan jiwa, mengajak manusia untuk merenungi kebesaran Allah, dan mempersiapkan diri menghadapi kehidupan abadi di akhirat.
Surat Az-Zumar adalah surah ke-39 dalam Al-Qur'an, terdiri dari 75 ayat. Dinamakan "Az-Zumar" yang berarti "Rombongan-rombongan" atau "Kelompok-kelompok" karena pada akhir surah ini, tepatnya pada ayat 71 dan 73, Allah menggambarkan bagaimana manusia akan digiring ke neraka dalam rombongan-rombongan dan ke surga dalam rombongan-rombongan pula. Nama ini sendiri sudah memberikan gambaran tentang fokus utama surah ini, yaitu tentang hari penghimpunan (Hari Kiamat) dan pengelompokan manusia berdasarkan amal perbuatan mereka di dunia.
Surah ini tergolong surah Makkiyah, artinya diturunkan di Mekah sebelum hijrahnya Nabi Muhammad ﷺ ke Madinah. Ciri khas surah Makkiyah adalah penekanan yang kuat pada akidah (keyakinan), tauhid (keesaan Allah), hari kebangkitan, hari perhitungan, serta bantahan terhadap kemusyrikan dan keyakinan-keyakinan batil kaum kafir Quraisy. Surat Az-Zumar dengan jelas memancarkan ciri-ciri tersebut, mengukuhkan pondasi keimanan bagi para pendengarnya.
Sejak ayat-ayat awalnya, Surat Az-Zumar telah langsung menyentuh hati dengan penegasan bahwa Al-Qur'an ini diturunkan dari Allah, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Ini bukan sekadar sebuah buku, melainkan wahyu dari Sumber Kekuatan dan Kebijaksanaan yang tak terbatas, menuntut perhatian dan perenungan yang mendalam dari setiap pembacanya. Seluruh isi surat ini, dari ayat pembuka hingga penutupnya, mengundang kita untuk merenungi hakikat keberadaan, tujuan hidup, dan persiapan menuju pertemuan dengan Sang Pencipta.
Sebagaimana telah disebutkan, nama Surat Az-Zumar diambil dari ayat 71 dan 73, di mana Allah SWT berfirman mengenai proses pengumpulan manusia di hari akhirat. Kata "az-zumar" (الزمر) adalah bentuk jamak dari "zumrah" (زمرة) yang berarti kelompok, rombongan, atau golongan. Pemilihan nama ini sangat relevan dengan inti pesan surah yang menyoroti pemisahan dan pengelompokan manusia di Hari Kiamat.
Pada Hari Kiamat, seluruh umat manusia akan dikumpulkan dan digiring menuju tempat yang telah ditetapkan bagi mereka. Mereka tidak akan berjalan sendirian, melainkan dalam rombongan-rombongan besar. Ada rombongan orang-orang kafir yang digiring dengan paksa menuju neraka Jahanam, dan ada pula rombongan orang-orang bertakwa yang disambut dengan kehormatan menuju surga. Gambaran ini sangat kuat dan menjadi puncak dramatis dalam Surat Az-Zumar, menekankan pentingnya pilihan hidup di dunia ini yang akan menentukan rombongan mana yang akan kita ikuti di akhirat.
Nama ini juga secara tidak langsung berfungsi sebagai peringatan keras dan kabar gembira. Peringatan bagi mereka yang ingkar dan berbuat maksiat, bahwa mereka akan dikumpulkan dalam rombongan yang celaka. Kabar gembira bagi mereka yang beriman dan beramal saleh, bahwa mereka akan termasuk dalam rombongan yang berbahagia. Ini mendorong setiap individu untuk merenungi amal perbuatannya dan memastikan diri berada di jalur yang benar agar termasuk dalam golongan yang beruntung.
Surat Az-Zumar sarat dengan tema-tema fundamental dalam Islam, yang saling berjalin untuk membangun fondasi keimanan yang kokoh. Tema-tema ini menjadi benang merah yang menghubungkan setiap ayat dan memberikan pelajaran mendalam bagi umat manusia.
Ini adalah tema sentral dalam setiap surah Makkiyah, termasuk Surat Az-Zumar. Allah SWT berulang kali menegaskan bahwa Dia adalah satu-satunya Pencipta, Penguasa, Pemberi Rezeki, dan satu-satunya yang berhak disembah. Surah ini membantah segala bentuk kemusyrikan, seperti menyembah berhala, malaikat, atau orang-orang saleh yang dianggap dapat mendekatkan diri kepada Allah.
“Dan barangsiapa yang menyembah selain Allah, dia tidak akan memperoleh manfaat dari sembahannya itu. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang mendustakan lagi kafir.” (QS. Az-Zumar [39]: 3)
Ayat-ayat dalam Surat Az-Zumar mengajak manusia untuk merenungi ciptaan Allah di alam semesta, seperti penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam, serta hujan yang menghidupkan bumi. Semua ini adalah tanda-tanda kebesaran Allah yang seharusnya mengantarkan manusia pada pengakuan akan keesaan-Nya.
Surah ini secara tegas membedakan antara nasib orang-orang yang beriman dan orang-orang yang ingkar. Allah menjanjikan balasan yang setimpal bagi setiap golongan. Bagi orang-orang musyrik dan kafir, ancaman azab yang pedih di neraka Jahanam menjadi peringatan keras. Sementara bagi orang-orang mukmin yang bertakwa, janji surga dengan segala kenikmatannya adalah motivasi dan kabar gembira.
Perbandingan ini disajikan dengan sangat kontras, memotivasi orang beriman untuk tetap teguh di jalan Allah dan menjadi peringatan bagi orang-orang yang tersesat untuk kembali ke jalan kebenaran sebelum terlambat. Ayat-ayat tentang surga dan neraka dalam Surat Az-Zumar sangat detail dan menggetarkan, membuat pembaca membayangkan akhir perjalanan mereka kelak.
Seperti yang disiratkan oleh namanya, Surat Az-Zumar memberikan gambaran yang jelas dan menakutkan tentang Hari Kiamat. Mulai dari tiupan sangkakala yang mematikan segala makhluk, kebangkitan kembali seluruh jiwa, hingga pengumpulan mereka di padang Mahsyar untuk dihisab. Klimaksnya adalah pengelompokan manusia ke surga dan neraka dalam rombongan-rombongan.
Allah menjelaskan bahwa pada hari itu, bumi akan digenggam oleh Allah, dan langit akan digulung oleh tangan kanan-Nya. Ini adalah gambaran kekuasaan Allah yang mutlak, di mana tidak ada yang dapat bersembunyi atau lari dari perhitungan-Nya. Setiap jiwa akan datang sendiri-sendiri, membawa amal perbuatannya.
Gambar: Timbangan amal, simbol Hari Kiamat dan perhitungan perbuatan manusia
Meskipun Surat Az-Zumar penuh dengan peringatan tentang azab, surah ini juga mengandung salah satu ayat yang paling menghibur dan penuh harapan dalam Al-Qur'an, yaitu ayat 53. Ayat ini dikenal sebagai 'Ayat Harapan' yang menegaskan betapa luasnya ampunan dan rahmat Allah bagi hamba-hamba-Nya yang sungguh-sungguh bertobat.
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah (Muhammad), "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar [39]: 53)
Ayat ini adalah undangan terbuka bagi setiap pendosa, seberapa pun besar dosanya, untuk kembali kepada Allah dengan penyesalan yang tulus. Ini menunjukkan bahwa pintu tobat selalu terbuka lebar selama nyawa masih dikandung badan, dan Allah lebih suka mengampuni daripada menyiksa.
Surat Az-Zumar juga berulang kali menekankan status Al-Qur'an sebagai kitab suci yang diturunkan dari Allah dengan kebenaran mutlak. Al-Qur'an digambarkan sebagai petunjuk yang tidak ada kebengkokan di dalamnya, memberikan kabar gembira dan peringatan yang jelas bagi umat manusia. Ayat-ayatnya adalah ayat-ayat yang muhkam (jelas) dan mutasyabih (serupa), mengajak manusia untuk merenungkan maknanya.
Al-Qur'an adalah cahaya yang menerangi kegelapan kebodohan dan kesesatan. Ia adalah penawar bagi hati yang sakit dan petunjuk bagi jiwa yang tersesat. Surat Az-Zumar mendorong kita untuk tidak hanya membaca, tetapi juga memahami, merenungkan, dan mengamalkan ajaran-ajaran suci yang terkandung di dalamnya.
Banyak ayat dalam Surat Az-Zumar mengajak manusia untuk merenungi tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta. Dari penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam, hingga air hujan yang menghidupkan bumi yang mati, semua ini adalah bukti nyata akan eksistensi, kekuasaan, dan keesaan Allah.
Allah mengajak kita untuk menggunakan akal dan pikiran untuk melihat keajaiban-keajaiban ini, yang seharusnya mengarahkan kita pada pengakuan dan ketaatan kepada Sang Pencipta. Setiap fenomena alam adalah ayat (tanda) yang berbicara tentang keagungan Allah.
Untuk memahami kedalaman Surat Az-Zumar secara lebih utuh, mari kita telaah beberapa kelompok ayat penting beserta tafsir dan hikmahnya.
Surat Az-Zumar dimulai dengan penegasan sumber Al-Qur'an:
تَنزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
“Kitab (Al-Qur'an ini) diturunkan dari Allah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (QS. Az-Zumar [39]: 1)
Ayat ini segera menetapkan otoritas Al-Qur'an. Ini bukan buatan manusia, melainkan wahyu langsung dari Allah yang memiliki segala keperkasaan dan kebijaksanaan. Ini adalah fondasi dari seluruh pesan yang akan disampaikan dalam Surat Az-Zumar.
Ayat-ayat berikutnya (2-3) langsung mengarahkan pada perintah tauhid dan bantahan terhadap syirik:
إِنَّا أَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
“Sesungguhnya Kami menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), "Kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya." Sungguh, Allah akan memutuskan di antara mereka apa yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (QS. Az-Zumar [39]: 2-3)
Ayat ini mengungkap alasan utama keberadaan Al-Qur'an: untuk membimbing manusia kepada ibadah yang tulus hanya kepada Allah. Ayat ini juga secara langsung membantah argumen kaum musyrikin Mekah yang mengklaim bahwa berhala-berhala mereka hanyalah perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Allah menegaskan bahwa ibadah yang murni (dīn al-khāliṣ) adalah hanya kepada-Nya, dan perantara dalam ibadah adalah bentuk kedustaan dan kekafiran.
Kemudian, Surat Az-Zumar melanjutkan dengan bukti-bukti kekuasaan Allah dalam penciptaan alam semesta (ayat 4-6): penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam, dan penciptaan manusia dari satu jiwa (Nabi Adam) kemudian pasangannya, serta penciptaan hewan ternak yang bermanfaat bagi manusia. Semua ini menunjukkan bahwa Allah adalah satu-satunya yang Maha Pencipta dan Maha Mengatur, sehingga hanya Dia yang berhak disembah.
Ayat 7-10 berbicara tentang syukur dan kekafiran, serta pilihan manusia. Allah tidak membutuhkan hamba-Nya. Jika manusia kufur, maka itu hanya merugikan diri mereka sendiri. Jika mereka bersyukur, Allah akan meridai mereka. Allah tidak menanggung dosa orang lain. Ayat-ayat ini juga memberikan perumpamaan tentang manusia yang berdoa kepada Allah saat ditimpa bahaya, tetapi melupakan-Nya ketika bahaya itu hilang, menunjukkan kelemahan dan sifat ingkar sebagian besar manusia.
Bagian ini kembali mempertegas kewajiban beribadah hanya kepada Allah dengan keikhlasan:
قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ وَأُمِرْتُ لِأَنْ أَكُونَ أَوَّلَ الْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya aku diperintahkan agar menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. Dan aku diperintahkan agar menjadi orang yang pertama-tama berserah diri (Muslim)."” (QS. Az-Zumar [39]: 11-12)
Ayat-ayat ini adalah penegasan dari Nabi Muhammad ﷺ bahwa beliau sendiri diperintahkan untuk menjadi teladan dalam tauhid dan keikhlasan. Ini menunjukkan bahwa bahkan seorang Nabi pun harus tunduk pada perintah Allah, apalagi umatnya.
Ancaman bagi mereka yang menyembah selain Allah disampaikan dengan sangat jelas:
قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
“Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya aku takut akan azab pada hari yang besar, jika aku mendurhakai Tuhanku."” (QS. Az-Zumar [39]: 13)
Ini adalah peringatan yang bersifat universal. Bahkan Nabi sendiri takut akan azab Allah jika durhaka. Ini menunjukkan betapa seriusnya perkara ketaatan dan jauhnya dari syirik. Ayat 14-16 mengulang ancaman bagi penyembah berhala dan bahwa mereka yang merugi adalah mereka yang merugikan diri sendiri dan keluarga mereka di Hari Kiamat.
Sebaliknya, ayat Az-Zumar 17-18 memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang menjauhi taghut (segala sesuatu yang disembah selain Allah) dan kembali kepada Allah:
وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَن يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى اللَّهِ لَهُمُ الْبُشْرَىٰ ۚ فَبَشِّرْ عِبَادِ الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ ۚ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Dan orang-orang yang menjauhi tagut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-hamba-Ku. (Yaitu) orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az-Zumar [39]: 17-18)
Ayat ini memuji orang-orang yang menggunakan akal sehat mereka untuk memilah kebenaran, menjauhi kebatilan, dan mengikuti ajaran yang terbaik. Ini adalah pujian bagi mereka yang mencari ilmu dan hikmah, serta berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam.
Ayat Az-Zumar 21 menggunakan perumpamaan air hujan untuk menjelaskan bagaimana Al-Qur'an menghidupkan hati:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الْأَرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُّخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
“Tidakkah engkau memperhatikan, bahwa Allah menurunkan air dari langit, lalu diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi, kemudian dengan air itu ditumbuhkan-Nya tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu engkau melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az-Zumar [39]: 21)
Seperti air hujan yang menghidupkan bumi yang mati, Al-Qur'an juga menghidupkan hati yang mati dan memberikan petunjuk bagi jiwa yang tersesat. Namun, seperti tanaman yang pada akhirnya layu dan hancur, demikian pula kehidupan dunia yang fana. Ini adalah pengingat tentang fana-nya dunia dan kekalnya akhirat.
Ayat 22 kemudian membandingkan hati yang terbuka untuk petunjuk Al-Qur'an dengan hati yang tertutup:
أَفَمَن شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِّن رَّبِّهِ ۚ فَوَيْلٌ لِّلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) Islam lalu ia berada dalam cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang hatinya tertutup)? Maka celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Az-Zumar [39]: 22)
Ayat ini menggambarkan dua jenis hati: hati yang lapang menerima Islam dan hati yang keras, tidak dapat menerima peringatan Allah. Hati yang lapang akan diterangi oleh cahaya keimanan, sedangkan hati yang keras akan tetap dalam kesesatan. Ini menekankan pentingnya keterbukaan hati dalam menerima kebenaran.
Ayat Az-Zumar 23 menyebutkan keistimewaan Al-Qur'an sebagai Kitab yang serupa (mutasyabih) dan berulang-ulang (mathani), yang menggetarkan kulit orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka, kemudian melunakkan kulit dan hati mereka untuk mengingat Allah. Ini adalah deskripsi tentang bagaimana Al-Qur'an mempengaruhi jiwa orang-orang beriman.
Ayat 24-30 melanjutkan dengan perumpamaan orang yang takut kepada azab Allah dan orang yang celaka, serta bagaimana orang-orang zalim akan menyesal di Hari Kiamat. Allah akan membalas setiap perbuatan mereka, dan tidak ada yang dapat menolong mereka dari azab-Nya.
Ayat 31 memberikan pengingat universal tentang kematian:
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).” (QS. Az-Zumar [39]: 31)
Ayat ini mengingatkan bahwa kematian adalah keniscayaan bagi setiap makhluk, termasuk para Nabi. Ini menanamkan kesadaran bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, dan setiap jiwa akan kembali kepada Allah untuk dihisab.
Kemudian, ayat 32-35 berbicara tentang orang yang mendustakan kebenaran (Al-Qur'an) dan orang yang membenarkannya. Orang yang mendustakan akan menghadapi azab neraka, sedangkan orang yang membenarkan dan bertakwa akan diampuni dosa-dosanya dan mendapatkan balasan terbaik dari Allah.
Ayat 36-39 menyoroti perlindungan Allah bagi hamba-hamba-Nya dan kelemahan tuhan-tuhan selain Allah. Siapa yang dapat menyesatkan orang yang diberi petunjuk oleh Allah? Dan siapa yang dapat memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan Allah? Ini menegaskan bahwa segala sesuatu berada dalam kendali mutlak Allah.
Ayat 40 secara khusus menyinggung mereka yang akan mendapatkan azab yang menghinakan dan azab yang kekal, memperingatkan kembali konsekuensi dari kekafiran.
Ayat Az-Zumar 41 menegaskan misi Nabi Muhammad ﷺ:
إِنَّا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ لِلنَّاسِ بِالْحَقِّ ۖ فَمَنِ اهْتَدَىٰ فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۖ وَمَا أَنتَ عَلَيْهِم بِوَكِيلٍ
“Sesungguhnya Kami menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan (membawa) kebenaran untuk seluruh manusia; barangsiapa mendapat petunjuk maka (pahala)nya untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya kesesatannya itu (menimpa) dirinya sendiri. Dan engkau bukanlah penanggung jawab terhadap mereka.” (QS. Az-Zumar [39]: 41)
Ini adalah prinsip kebebasan berkehendak dan tanggung jawab individu dalam Islam. Setiap orang bertanggung jawab atas pilihannya sendiri, dan Nabi Muhammad ﷺ hanyalah penyampai risalah, bukan penanggung jawab atas hidayah seseorang.
Ayat 42 adalah ayat yang sangat mendalam tentang jiwa dan kematian:
اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Az-Zumar [39]: 42)
Ayat ini menunjukkan kekuasaan Allah yang mutlak atas jiwa, baik dalam kematian maupun tidur. Tidur adalah bentuk kematian sementara, di mana jiwa seolah-olah ditarik dari raga. Ini adalah tanda kebesaran Allah yang seharusnya membuat manusia merenung dan bertafakur.
Ayat 43-45 kembali membantah konsep syafaat dari tuhan-tuhan selain Allah. Syafaat hanyalah milik Allah semata dan hanya dapat diberikan atas izin-Nya. Orang-orang kafir tidak suka ketika Allah saja yang disebut, tetapi hati mereka tenang ketika tuhan-tuhan lain juga disebut bersama-Nya. Ini menggambarkan kecenderungan syirik dalam hati mereka.
Ayat 46-50 melanjutkan dengan menegaskan bahwa hanya Allah yang dapat memutuskan perselisihan antara manusia di Hari Kiamat. Orang-orang zalim akan menyesal, bahkan jika mereka memiliki emas sepenuh bumi untuk menebus diri mereka dari azab.
Bagian ini dimulai dengan mengingatkan sejarah umat-umat terdahulu yang mendustakan para rasul, lalu ditimpa azab yang setimpal (ayat 51-52). Ini adalah pelajaran bagi kaum Quraisy dan seluruh umat manusia untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Kemudian, datanglah ayat 53 yang telah kita bahas sebelumnya, sebagai mercusuar harapan bagi seluruh hamba Allah yang ingin kembali kepada-Nya. Ayat ini adalah bukti tak terbatasnya rahmat dan ampunan Allah.
Namun, setelah ayat harapan itu, Allah segera memberikan peringatan keras untuk tidak menunda tobat dan tidak merasa aman dari azab-Nya:
وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu secara mendadak, sedang kamu tidak menyadarinya.” (QS. Az-Zumar [39]: 54-55)
Ayat ini mendesak manusia untuk segera bertobat dan mengikuti petunjuk Al-Qur'an sebelum terlambat. Azab bisa datang kapan saja, tanpa pemberitahuan. Ini adalah urgensi tobat. Ayat-ayat berikutnya (56-59) menggambarkan penyesalan orang-orang kafir di Hari Kiamat, ketika mereka berkata, "Alangkah besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menjalankan perintah) Allah," atau "Sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku, tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa." Penyesalan itu tidak lagi berguna.
Ayat 60 kemudian menyimpulkan dengan pernyataan bahwa pada Hari Kiamat, orang-orang yang mendustakan Allah akan berwajah hitam dan tidak ada tempat bagi mereka kecuali neraka Jahanam.
Kontras dengan nasib orang-orang kafir, Allah menjanjikan balasan terbaik bagi orang-orang bertakwa:
وَيُنَجِّي اللَّهُ الَّذِينَ اتَّقَوا بِمَفَازَتِهِمْ لَا يَمَسُّهُمُ السُّوءُ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka; mereka tidak disentuh oleh azab (neraka) dan tidak pula mereka bersedih hati.” (QS. Az-Zumar [39]: 61)
Ini adalah janji perlindungan dan kebahagiaan abadi bagi mereka yang menjaga ketakwaan. Mereka akan terhindar dari segala keburukan dan kesedihan di akhirat.
Ayat Az-Zumar 62-63 kembali menegaskan kekuasaan Allah sebagai Pencipta segala sesuatu, dan bahwa kunci-kunci langit dan bumi hanyalah milik-Nya. Ini adalah bukti lebih lanjut untuk menolak segala bentuk kemusyrikan.
Ayat 64-66 adalah teguran keras kepada Nabi Muhammad ﷺ, dan melalui beliau kepada seluruh umat Islam, untuk tidak pernah melakukan syirik, karena amal perbuatan mereka akan hapus dan mereka akan menjadi orang-orang yang merugi. Sebaliknya, mereka diperintahkan untuk hanya menyembah Allah dan bersyukur kepada-Nya.
Puncak dari deskripsi Hari Kiamat ada pada ayat 67:
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada Hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Az-Zumar [39]: 67)
Ayat ini menggambarkan kekuasaan Allah yang tak terbatas. Seluruh alam semesta berada dalam genggaman-Nya pada Hari Kiamat. Ini adalah visualisasi yang menakjubkan tentang keagungan dan kemahabesaran Allah, yang seharusnya mengikis segala bentuk kesyirikan dalam hati manusia. Ayat ini adalah salah satu ayat yang paling kuat dalam menggambarkan kekuasaan ilahi.
Ayat 68-70 menggambarkan tiupan sangkakala pertama yang mematikan semua makhluk, kemudian tiupan kedua yang membangkitkan mereka semua. Lalu mereka akan dikumpulkan untuk dihisab, dan keputusan Allah akan ditegakkan dengan adil.
Ayat-ayat penutup inilah yang memberikan nama "Az-Zumar" kepada surah ini, menggambarkan pengelompokan manusia di akhirat:
وَسِيقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَىٰ جَهَنَّمَ زُمَرًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا جَاءُوهَا فُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِّنكُمْ يَتْلُونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِ رَبِّكُمْ وَيُنذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَٰذَا ۚ قَالُوا بَلَىٰ وَلَٰكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ الْعَذَابِ عَلَى الْكَافِرِينَ
“Orang-orang kafir digiring ke Jahanam dalam rombongan-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya pintu-pintunya dibuka dan penjaga-penjaganya berkata kepada mereka, "Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan pada hari ini?" Mereka menjawab, "Benar (telah datang)." Tetapi telah pasti perkataan (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir.” (QS. Az-Zumar [39]: 71)
Penggambaran rombongan ahli neraka yang digiring adalah pemandangan yang mengerikan. Mereka akan ditanya tentang peringatan yang telah datang kepada mereka, dan mereka akan mengakui kebenaran para rasul, tetapi penyesalan sudah terlambat. Mereka akan mendengar ucapan, "Masuklah ke pintu-pintu Jahanam, kamu kekal di dalamnya."
Sebaliknya, rombongan ahli surga digambarkan dengan keindahan dan kehormatan:
وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ
“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan mereka digiring ke surga dalam rombongan-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai kepadanya sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! Maka masuklah, kamu kekal di dalamnya."” (QS. Az-Zumar [39]: 73)
Rombongan ahli surga disambut dengan salam sejahtera, kebahagiaan, dan undangan untuk kekal di dalamnya. Ini adalah puncak harapan bagi setiap mukmin, gambaran kebahagiaan abadi yang menjadi tujuan hidup mereka.
Surah ini ditutup dengan gambaran para malaikat yang mengelilingi Arsy Allah, bertasbih memuji Rabb mereka, dan putusan yang adil telah ditegakkan untuk semua makhluk. Dan dikatakanlah, "Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam." (Ayat 75).
Penutupan ini adalah penegasan kekuasaan mutlak Allah, keadilan-Nya, dan kesempurnaan segala puji bagi-Nya. Seluruh alam semesta akan menjadi saksi keagungan-Nya, dan segala keputusan adalah milik-Nya semata.
Surat Az-Zumar adalah ladang hikmah yang tak pernah kering. Dari setiap ayatnya, kita dapat menarik pelajaran-pelajaran berharga untuk membimbing kehidupan kita di dunia ini dan mempersiapkan diri untuk akhirat.
Pentingnya Memurnikan Tauhid: Surah ini berulang kali menekankan keesaan Allah dan bahaya syirik. Ini mengajarkan kita bahwa pondasi utama Islam adalah tauhid yang murni, tanpa ada sedikit pun penyekutuan terhadap Allah. Setiap ibadah, doa, dan harapan haruslah hanya ditujukan kepada Allah semata. Segala bentuk perantara dalam ibadah adalah kesesatan.
Urgensi Tobat dan Rahmat Allah yang Luas: Ayat 53 adalah permata dalam surah ini, yang menunjukkan betapa besar rahmat dan ampunan Allah. Pelajaran pentingnya adalah jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah, seberapa pun besar dosa yang telah diperbuat. Namun, tobat harus segera dilakukan dan tidak boleh ditunda, sebagaimana peringatan di ayat 54-55.
Kesadaran Akan Hari Kiamat dan Akuntabilitas Individu: Gambaran yang detail tentang Hari Kiamat, tiupan sangkakala, pengumpulan rombongan, serta surga dan neraka, bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran akan tanggung jawab pribadi. Setiap individu akan dimintai pertanggungjawaban atas amal perbuatannya, dan tidak ada yang dapat menolong selain Allah. Ini memotivasi kita untuk beramal saleh dan menjauhi maksiat.
Nilai Al-Qur'an sebagai Petunjuk Hidup: Surat Az-Zumar menggambarkan Al-Qur'an sebagai cahaya yang menghidupkan hati dan petunjuk yang tidak ada kebengkokan di dalamnya. Ini mendorong kita untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman utama dalam setiap aspek kehidupan, merenungkan ayat-ayatnya, dan mengamalkannya.
Pentingnya Menggunakan Akal dan Merenungi Alam: Banyak ayat Az-Zumar mengajak manusia untuk merenungi tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta, seperti penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam, dan siklus air hujan. Ini adalah ajakan untuk berpikir, menggunakan akal, dan menjadikan setiap fenomena alam sebagai bukti keesaan dan kekuasaan Allah.
Fana-nya Dunia dan Kekalnya Akhirat: Perumpamaan tentang tanaman yang tumbuh subur lalu layu dan hancur adalah pengingat bahwa kehidupan dunia ini hanyalah sementara. Kesenangan dan cobaan duniawi adalah ujian. Fokus utama kita seharusnya adalah mempersiapkan diri untuk kehidupan abadi di akhirat.
Ujian dan Pilihan Hidup: Setiap manusia dihadapkan pada pilihan: mengikuti petunjuk Allah atau menuruti hawa nafsu dan kesesatan. Surah ini dengan jelas menunjukkan konsekuensi dari setiap pilihan tersebut, mendorong kita untuk senantiasa memilih jalan kebenaran.
Kekuasaan Allah yang Mutlak: Dari mengendalikan jiwa manusia hingga menggenggam seluruh bumi dan menggulung langit, Surat Az-Zumar menyingkap kekuasaan Allah yang tak terbatas. Ini seharusnya menumbuhkan rasa takut (khauf) dan harapan (raja') yang seimbang dalam diri seorang mukmin.
Surat Az-Zumar adalah sebuah surah yang kaya akan pelajaran dan peringatan. Dengan gaya bahasanya yang lugas dan gambaran-gambaran yang kuat, surah ini mengajak setiap pembacanya untuk kembali kepada fitrah, yaitu mengesakan Allah dan tunduk sepenuhnya kepada-Nya.
Dari penegasan tauhid, perbandingan antara mukmin dan kafir, kedahsyatan Hari Kiamat, hingga seruan tobat yang penuh harapan, setiap ayat Az-Zumar memiliki tujuan mulia untuk membimbing manusia menuju kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat. Penamaan "Az-Zumar" itu sendiri adalah pengingat abadi tentang dua rombongan besar yang akan menghadap Allah, dan pilihan ada di tangan kita, rombongan mana yang akan kita ikuti.
Semoga dengan merenungi setiap ayat Az-Zumar, hati kita semakin lembut untuk menerima kebenaran, terdorong untuk senantiasa beramal saleh, menjauhi segala bentuk kemusyrikan dan dosa, serta tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah yang maha luas. Dengan demikian, kita berharap dapat termasuk dalam rombongan orang-orang yang beruntung yang disambut dengan salam sejahtera di surga abadi.