Babad Pajajaran Singkat: Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Sunda

Babad Pajajaran merupakan catatan sejarah yang mengisahkan tentang Kerajaan Sunda, terutama periode kejayaannya di Pakuan Pajajaran. Meskipun berbentuk babad yang seringkali dicampur dengan unsur legenda, babad ini memberikan gambaran penting mengenai kehidupan politik, sosial, budaya, dan keagamaan masyarakat Sunda pada masa lampau. Pajajaran sendiri merujuk pada ibu kota Kerajaan Sunda yang legendaris, sebuah pusat peradaban yang konon pernah berdiri megah di wilayah Jawa Barat saat ini.

Asal-Usul dan Pendirian Kerajaan Sunda

Akar sejarah Kerajaan Sunda dapat ditelusuri jauh sebelum berdirinya Pajajaran. Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari dinasti Tarumanagara, sebuah kerajaan Hindu-Buddha yang berpusat di sekitar Sungai Citarum. Setelah keruntuhan Tarumanagara, berbagai kerajaan kecil muncul, namun benih persatuan kembali tumbuh, yang puncaknya adalah berdirinya Kerajaan Sunda. Pendirian Pajajaran sebagai ibu kota baru menandai era baru bagi kerajaan ini.

Dalam babad-babad yang ada, seringkali disebutkan tokoh-tokoh pendiri atau raja-raja besar yang memimpin kerajaan ini, di antaranya adalah Prabu Darmasiksa yang dikenal sebagai raja yang bijaksana dan membawa ketentraman. Pajajaran dipilih sebagai ibu kota karena lokasinya yang strategis dan dianggap memiliki nilai sakral. Di sinilah pusat pemerintahan, kebudayaan, dan keagamaan kerajaan berada. Arkeolog dan sejarawan meyakini bahwa situs Pajajaran kemungkinan besar berada di sekitar wilayah Bogor saat ini.

Masa Kejayaan Pajajaran

Masa kejayaan Kerajaan Sunda, yang berpusat di Pajajaran, dicirikan oleh perkembangan yang pesat di berbagai bidang. Dalam bidang politik, kerajaan ini mampu menjaga kemerdekaannya dari kerajaan-kerajaan tetangga yang lebih besar seperti Majapahit di timur. Hubungan diplomatik dijalin dengan kerajaan-kerajaan lain, baik di Nusantara maupun di luar, menunjukkan posisi Sunda sebagai kekuatan maritim yang cukup penting pada masanya.

Secara sosial dan budaya, Pajajaran dikenal sebagai pusat pembelajaran dan keagamaan. Beragam aliran kepercayaan, mulai dari Hindu, Buddha, hingga kepercayaan lokal Sunda Wiwitan, hidup berdampingan. Babad Pajajaran banyak menyinggung tentang para resi, pendeta, dan kaum cerdik pandai yang berkembang di lingkungan kerajaan. Pembangunan candi, arca, dan prasasti menjadi bukti nyata dari aktivitas keagamaan dan seni yang tinggi. Prasasti-prasasti seperti Prasasti Batutulis memberikan informasi berharga mengenai silsilah raja-raja Sunda dan masa pemerintahan mereka.

Kehidupan ekonomi kerajaan ini sangat bergantung pada hasil pertanian dan perdagangan. Lokasi yang subur di dataran tinggi Jawa Barat mendukung pertanian yang melimpah, sementara akses ke pantai memungkinkan perdagangan melalui jalur laut. Pelabuhan-pelabuhan penting menjadi titik distribusi barang dan pertukaran budaya dengan pedagang dari berbagai penjuru dunia.

Keruntuhan Kerajaan Sunda

Seperti kerajaan-kerajaan besar lainnya, Kerajaan Sunda juga mengalami masa kemunduran dan akhirnya keruntuhan. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kejatuhannya antara lain adalah perselisihan internal, serangan dari kerajaan luar, serta perubahan zaman yang membawa pengaruh baru, termasuk masuknya Islam yang semakin kuat di Nusantara.

Babad Pajajaran menyebutkan berbagai peristiwa yang mengiringi keruntuhan ini. Salah satunya adalah invasi dari Kesultanan Banten yang semakin menguat di pesisir barat Jawa. Perebutan kekuasaan dan konflik militer yang berkepanjangan melemahkan kekuatan Pajajaran. Peristiwa yang paling dramatis adalah serangan dan penaklukan ibu kota Pajajaran oleh pasukan Banten di bawah pimpinan Sultan Maulana Yusuf.

Setelah jatuhnya Pajajaran, Kerajaan Sunda secara resmi tidak ada lagi sebagai entitas politik yang besar. Wilayahnya kemudian terpecah-pecah dan sebagian besar berada di bawah pengaruh kerajaan-kerajaan Islam yang baru muncul. Namun, warisan budaya dan sejarah Pajajaran tetap hidup dalam memori kolektif masyarakat Sunda, tercatat dalam karya-karya sastra seperti babad dan diteruskan melalui tradisi lisan.

Peninggalan dan Signifikansi Babad Pajajaran

Meskipun Babad Pajajaran disajikan dalam gaya sastra lama yang terkadang sulit dipisahkan antara fakta dan fiksi, sumber ini tetap sangat berharga bagi para sejarawan dan arkeolog. Babad ini menjadi jendela untuk memahami bagaimana masyarakat Sunda pada masa itu memandang diri mereka sendiri, struktur kekuasaan mereka, serta interaksi mereka dengan dunia luar.

Peninggalan fisik seperti prasasti, situs-situs arkeologi yang diduga bekas ibu kota, serta benda-benda bersejarah lainnya, memberikan bukti pendukung bagi narasi yang tersaji dalam babad. Studi terhadap Babad Pajajaran membantu kita merekonstruksi sejarah peradaban Nusantara, khususnya di wilayah Jawa Barat, serta memahami akar budaya dan identitas masyarakat Sunda modern. Keberadaannya menjadi pengingat akan kejayaan masa lalu yang membentuk lanskap sejarah Indonesia.

🏠 Homepage