Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan kekayaan hayati yang melimpah, menyimpan berbagai jenis hewan endemik yang memiliki nilai historis, ekonomis, dan kultural yang tinggi. Salah satu di antaranya adalah Ayam Kedu Putih, varietas ayam lokal yang berasal dari daerah Kedu, Temanggung, Jawa Tengah. Ayam ini bukan sekadar unggas biasa; ia adalah bagian tak terpisahkan dari warisan budaya dan keanekaragaman genetik Indonesia. Keunikan fisiknya, sifat-sifat khusus yang dimilikinya, serta potensi ekonominya yang menjanjikan, menjadikan Ayam Kedu Putih layak untuk dieksplorasi lebih dalam.
Artikel ini akan membawa kita menyelami dunia Ayam Kedu Putih, mulai dari sejarah panjangnya yang terukir dalam cerita rakyat dan tradisi, karakteristik fisik yang membedakannya dari jenis ayam lain, hingga potensi budidaya dan tantangan yang menyertainya. Kita akan memahami mengapa ayam ini begitu istimewa, bagaimana ia dapat dibudidayakan secara optimal, serta peran pentingnya dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan ekonomi lokal. Mari kita bersama-sama mengungkap pesona Ayam Kedu Putih, permata Nusantara yang tak ternilai harganya.
Sejarah Ayam Kedu Putih tidak dapat dipisahkan dari sejarah daerah Kedu, yang meliputi wilayah Temanggung, Magelang, dan sekitarnya di Jawa Tengah. Wilayah ini dikenal subur dan makmur, menjadi pusat kebudayaan dan pertanian sejak zaman dahulu. Ayam Kedu sendiri secara umum dikenal memiliki tiga varietas utama berdasarkan warna bulunya: Hitam, Putih, dan Merah (atau Cokelat). Dari ketiganya, Ayam Kedu Putih memiliki keunikan tersendiri yang membuatnya menonjol.
Asal-usul Ayam Kedu, termasuk varietas putihnya, seringkali diselimuti oleh mitos dan legenda yang diwariskan secara turun-temurun. Salah satu cerita yang paling populer adalah kaitannya dengan Kyai Ageng Makukuhan, seorang tokoh penyebar agama Islam yang diyakini memiliki kesaktian luar biasa. Konon, Ayam Kedu pertama kali muncul di wilayah tersebut berkat beliau. Cerita-cerita ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga mengukuhkan ikatan emosional masyarakat dengan ayam lokal mereka, menempatkannya pada posisi yang sakral.
Berdasarkan catatan sejarah dan folklore, Ayam Kedu Putih diyakini telah ada dan dibudidayakan oleh masyarakat lokal selama berabad-abad. Keberadaannya bukan sekadar sebagai sumber protein, tetapi juga seringkali dihubungkan dengan upacara adat, kepercayaan, dan bahkan sebagai simbol status sosial. Masyarakat pedesaan percaya bahwa memelihara Ayam Kedu Putih dapat membawa keberuntungan atau menolak bala, menambah dimensi spiritual pada unggas ini.
Seiring berjalannya waktu, pengakuan terhadap Ayam Kedu Putih semakin meningkat, tidak hanya di tingkat lokal tetapi juga nasional. Pada awal abad ke-20, ketika penelitian tentang plasma nutfah lokal mulai digalakkan, Ayam Kedu Putih menarik perhatian para peneliti dan peternak. Mereka tertarik pada karakteristik genetiknya yang unik, daya tahan tubuh yang baik, serta potensi produksinya yang menjanjikan.
Pada periode setelah kemerdekaan, pemerintah Indonesia melalui berbagai lembaga penelitian dan pengembangan pertanian mulai serius menginventarisasi dan melestarikan kekayaan genetik ayam lokal. Ayam Kedu Putih masuk dalam daftar plasma nutfah yang harus dilindungi dan dikembangkan. Upaya konservasi ini bertujuan untuk mencegah kepunahan dan memastikan bahwa genetik murni Ayam Kedu Putih tetap lestari untuk generasi mendatang.
Dewasa ini, popularitas Ayam Kedu Putih terus bertumbuh. Selain sebagai ayam aduan tradisional (meskipun praktik ini dilarang dan tidak dianjurkan), ia juga dikenal sebagai ayam hias karena keindahan bulunya yang bersih dan posturnya yang gagah. Banyak peternak kini mulai fokus pada budidaya Ayam Kedu Putih untuk tujuan komersial, baik sebagai ayam pedaging, petelur, maupun bibit unggul.
Ayam Kedu Putih memiliki ciri fisik yang membedakannya secara jelas dari varietas Kedu lainnya maupun jenis ayam lokal lain. Keunikan ini menjadi daya tarik utama, baik bagi peternak maupun penggemar ayam hias.
Sesuai namanya, ciri paling menonjol dari Ayam Kedu Putih adalah seluruh bulunya yang berwarna putih bersih. Warna putih ini konsisten di seluruh tubuh, mulai dari bulu primer, sekunder, hingga bulu ekor. Tidak ada bercak warna lain yang signifikan, menjadikan penampilannya sangat elegan dan menarik. Bulu-bulunya tumbuh lebat dan rapi, memberikan kesan proporsional pada tubuh ayam.
Kekuatan warna putih ini seringkali menjadi indikator kemurnian genetik. Ayam Kedu Putih yang berkualitas tinggi akan memiliki warna bulu yang homogen dan tanpa cacat. Kontras warna bulu putih dengan jengger dan pial merah menyala adalah kombinasi visual yang sangat indah, membuatnya sering dijadikan ayam hias atau partisipan dalam kontes keindahan unggas.
Jengger Ayam Kedu Putih umumnya berbentuk tunggal (single comb) atau bilah, dengan ukuran yang sedang hingga besar pada pejantan. Warnanya merah cerah, menandakan kesehatan dan vitalitas ayam. Pial (gelambir di bawah paruh) juga berwarna merah cerah dan berukuran cukup besar, terutama pada ayam jantan dewasa.
Bentuk jengger yang khas ini, bersama dengan pial, menambah kegagahan penampilan ayam jantan. Pada ayam betina, jengger dan pial cenderung lebih kecil, namun tetap berwarna merah cerah. Warna merah yang kontras dengan bulu putih menjadi salah satu penentu keindahan Ayam Kedu Putih.
Kaki Ayam Kedu Putih biasanya berwarna kuning terang hingga kekuningan. Warna kaki yang cerah ini juga merupakan salah satu ciri khas yang dicari. Kaki-kakinya kokoh, dengan sisik yang rapi, menunjukkan kekuatan dan daya tahan tubuhnya. Paruhnya juga berwarna kuning atau tanduk, kuat, dan melengkung, cocok untuk mencari makan atau mematuk.
Ukuran kaki dan cakar yang proporsional memungkinkan Ayam Kedu Putih untuk bergerak lincah dan aktif mencari makan di alam bebas, sifat yang masih dipertahankan meskipun dalam lingkungan budidaya.
Ayam Kedu Putih termasuk dalam kategori ayam buras (bukan ras) dengan ukuran sedang hingga besar. Ayam jantan dewasa dapat mencapai berat 2.5 hingga 3.5 kg, bahkan lebih, tergantung pada genetik dan manajemen pakan. Ayam betina cenderung lebih kecil, dengan berat sekitar 1.8 hingga 2.5 kg. Postur tubuhnya tegap, gagah, dan berotot, menunjukkan potensi sebagai ayam pedaging yang baik.
Pertumbuhan Ayam Kedu Putih tergolong cepat dibandingkan dengan beberapa jenis ayam lokal lainnya, menjadikannya pilihan menarik bagi peternak yang ingin mendapatkan hasil dalam waktu relatif singkat.
Mata Ayam Kedu Putih umumnya berwarna cokelat gelap hingga hitam, yang memancarkan ekspresi tajam dan waspada. Hal ini menunjukkan insting alami untuk bertahan hidup. Cuping telinga (lobus telinga) biasanya berwarna merah, serasi dengan warna jengger dan pial.
Kombinasi warna-warna ini – putih bersih, merah menyala, dan kuning terang – menciptakan harmoni visual yang menjadikan Ayam Kedu Putih begitu menarik dan berbeda dari varietas ayam lainnya.
Selain karakteristik fisiknya, Ayam Kedu Putih juga memiliki sifat dan perilaku yang khas, yang memengaruhi cara budidayanya dan interaksinya dengan lingkungan serta manusia.
Secara umum, Ayam Kedu Putih dikenal memiliki temperamen yang cukup lincah, aktif, dan waspada. Ayam jantan, terutama yang sudah dewasa, cenderung memiliki sifat teritorial dan bisa menjadi agresif terhadap ayam jantan lain atau bahkan hewan lain yang dianggap mengancam wilayahnya. Sifat ini juga yang membuatnya sering dilatih untuk ayam aduan di masa lalu, meskipun sekali lagi, praktik ini tidak dianjurkan.
Namun, di lingkungan peternakan yang baik dengan ruang gerak yang cukup, agresivitas ini dapat diminimalisir. Ayam betina umumnya lebih tenang, tetapi juga memiliki insting keibuan yang kuat.
Ayam Kedu Putih betina memiliki naluri mengeram (broodiness) yang cukup baik. Mereka cenderung ingin mengerami telurnya sendiri dan merawat anak-anaknya dengan baik. Ini adalah sifat positif bagi peternak yang ingin melakukan penetasan alami, karena dapat mengurangi biaya operasional untuk mesin penetas.
Induk Ayam Kedu Putih akan melindungi anak-anaknya dengan penuh perhatian, membimbing mereka mencari makan, dan menjaga dari predator. Sifat keibuan ini menjadikan Ayam Kedu Putih sebagai pilihan yang baik untuk budidaya semi-intensif atau tradisional.
Sebagai ayam lokal yang terbiasa hidup di lingkungan pedesaan, Ayam Kedu Putih memiliki kemampuan mencari makan (foraging) yang sangat baik. Mereka aktif mengais tanah, mencari serangga, cacing, biji-bijian, dan tanaman kecil lainnya sebagai pakan tambahan. Kemampuan ini membantu mengurangi ketergantungan pada pakan pabrikan, terutama jika dipelihara secara umbaran atau semi-umbaran.
Aktivitas foraging juga berkontribusi pada kesehatan fisik ayam, membuat otot-ototnya lebih kuat dan membantu menjaga berat badan yang ideal.
Ayam Kedu Putih dikenal memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan, terutama iklim tropis Indonesia. Mereka relatif tahan terhadap perubahan cuaca ekstrem dan memiliki ketahanan tubuh yang baik terhadap berbagai penyakit umum pada unggas. Ini adalah keunggulan besar dibandingkan ayam ras impor yang seringkali lebih rentan terhadap penyakit dan membutuhkan manajemen lingkungan yang lebih ketat.
Kemampuan adaptasi ini menjadikan Ayam Kedu Putih pilihan yang ideal untuk budidaya di berbagai wilayah di Indonesia, dari dataran rendah hingga dataran tinggi.
Ayam Kedu Putih memiliki beragam potensi ekonomi yang bisa dikembangkan, menjadikannya komoditas yang menjanjikan bagi peternak, baik skala kecil maupun besar.
Daging Ayam Kedu Putih dikenal memiliki kualitas yang sangat baik. Teksturnya lebih padat, rasanya gurih, dan memiliki aroma yang khas, berbeda dengan ayam broiler pada umumnya. Daging ini sangat diminati oleh restoran masakan tradisional, warung makan, atau konsumen yang mencari cita rasa autentik ayam kampung.
Meskipun pertumbuhannya tidak secepat ayam broiler, Ayam Kedu Putih memiliki konversi pakan yang cukup efisien untuk kelas ayam kampung. Dengan manajemen pakan dan pemeliharaan yang tepat, ayam ini dapat mencapai bobot panen yang menguntungkan dalam waktu sekitar 3-4 bulan.
Ayam Kedu Putih betina memiliki produktivitas telur yang cukup baik untuk ukuran ayam lokal. Rata-rata, ayam betina dapat menghasilkan 100-150 butir telur per tahun, bahkan dengan manajemen yang lebih intensif, angkanya bisa lebih tinggi. Telurnya berukuran sedang, dengan warna cangkang putih kecoklatan, dan kuning telur yang lebih pekat, menunjukkan kandungan gizi yang baik.
Telur Ayam Kedu Putih juga memiliki pasar tersendiri, khususnya bagi konsumen yang mencari telur ayam kampung asli. Harga jual telur ayam kampung seringkali lebih tinggi dibandingkan telur ayam ras, memberikan margin keuntungan yang menarik bagi peternak.
Keindahan bulu putih bersihnya, ditambah dengan jengger merah menyala dan postur yang gagah, menjadikan Ayam Kedu Putih sangat diminati sebagai ayam hias. Banyak kolektor atau penghobi ayam hias bersedia membayar harga tinggi untuk spesimen Ayam Kedu Putih yang memiliki kriteria fisik sempurna. Hal ini membuka peluang pasar yang berbeda dari ayam pedaging atau petelur.
Selain itu, sebagai salah satu plasma nutfah unggas lokal, Ayam Kedu Putih juga memiliki nilai sebagai bibit unggul. Para peternak dapat menjual anak ayam (DOC - Day Old Chick) atau ayam muda sebagai bibit untuk peternak lain yang ingin memulai usaha budidaya Ayam Kedu Putih murni. Permintaan akan bibit murni seringkali tinggi untuk menjaga kualitas genetik.
Membudidayakan Ayam Kedu Putih memerlukan pemahaman yang baik tentang kebutuhan dasar dan karakteristiknya. Meskipun dikenal tahan banting, manajemen budidaya yang optimal akan memaksimalkan potensi produksi dan keuntungan.
Kandang merupakan elemen krusial dalam budidaya ayam. Kandang yang baik akan memberikan kenyamanan, keamanan, dan mencegah penyebaran penyakit.
Pakan yang berkualitas dan nutrisi yang seimbang sangat esensial untuk pertumbuhan, kesehatan, dan produksi Ayam Kedu Putih.
Aspek reproduksi sangat penting untuk menjaga kelangsungan budidaya dan mendapatkan bibit berkualitas.
Pilih indukan (jantan dan betina) yang sehat, memiliki postur tubuh ideal, pertumbuhan cepat, dan tidak memiliki cacat genetik. Idealnya, indukan berasal dari garis keturunan yang jelas untuk menjaga kemurnian Ayam Kedu Putih.
Rasio yang ideal untuk perkawinan alami adalah 1 ekor pejantan untuk 8-10 ekor betina. Rasio yang tepat akan memastikan semua betina terbuahi dengan baik dan menghasilkan telur tetas yang fertil.
Anak ayam yang baru menetas sangat rentan dan membutuhkan perhatian khusus:
Meskipun Ayam Kedu Putih dikenal tahan penyakit, tindakan pencegahan tetap krusial untuk menghindari kerugian besar.
Terapkan langkah-langkah biosekuriti yang ketat:
Lakukan program vaksinasi yang tepat sesuai jadwal yang direkomendasikan untuk mencegah penyakit-penyakit umum seperti ND (Newcastle Disease), Gumboro, dan AI (Avian Influenza).
Amati perilaku dan kondisi fisik ayam setiap hari. Segera tangani jika ada tanda-tanda penyakit seperti lesu, diare, nafsu makan menurun, atau bulu kusam.
Jika terjadi wabah penyakit, segera konsultasikan dengan dokter hewan atau ahli peternakan untuk diagnosis dan penanganan yang tepat. Pemberian antibiotik atau obat-obatan lain harus sesuai dosis dan anjuran.
Pengembangan Ayam Kedu Putih, seperti halnya budidaya unggas lokal lainnya, tidak lepas dari tantangan sekaligus peluang yang menjanjikan.
Ayam ras pedaging (broiler) dan petelur (layer) memiliki pertumbuhan dan produktivitas yang jauh lebih cepat dan efisien. Ini menjadi tantangan dalam hal harga dan volume produksi. Ayam Kedu Putih harus bersaing di segmen pasar khusus yang menghargai kualitas dan rasa autentik.
Sulitnya mendapatkan bibit Ayam Kedu Putih yang murni dan berkualitas tinggi merupakan kendala. Banyak peternak masih menggunakan indukan yang kurang terseleksi dengan baik, mengakibatkan penurunan kualitas genetik.
Meskipun tahan banting, wabah penyakit seperti ND atau AI tetap menjadi ancaman serius yang dapat menyebabkan kerugian besar jika tidak ditangani dengan biosekuriti yang baik.
Harga pakan pabrikan yang cenderung fluktuatif dapat memengaruhi biaya produksi dan profitabilitas peternakan. Mencari pakan alternatif yang berkualitas dan ekonomis menjadi penting.
Meskipun memiliki kualitas tinggi, Ayam Kedu Putih seringkali kurang dikenal luas di luar wilayah asalnya. Promosi dan strategi pemasaran yang efektif masih perlu ditingkatkan.
Tumbuhnya kesadaran masyarakat akan makanan sehat dan alami, serta permintaan akan produk lokal yang autentik, membuka pasar niche yang besar untuk Ayam Kedu Putih. Konsumen bersedia membayar lebih untuk kualitas dan kepercayaan.
Keindahan fisik Ayam Kedu Putih menjadikannya pilihan menarik sebagai ayam hias. Segmen pasar ini seringkali memiliki daya beli yang tinggi dan tidak terlalu sensitif terhadap harga.
Pemerintah dan lembaga penelitian terus mendorong pengembangan plasma nutfah lokal. Ini membuka peluang untuk mendapatkan dukungan penelitian, pelatihan, dan bantuan permodalan bagi peternak Ayam Kedu Putih.
Pengembangan produk olahan dari daging dan telur Ayam Kedu Putih dapat meningkatkan nilai tambah dan memperluas jangkauan pasar. Ini termasuk sosis, nugget, abon, atau bahkan produk kuliner khas.
Peternakan Ayam Kedu Putih dapat dikembangkan menjadi destinasi agrowisata atau pusat edukasi yang menarik, terutama bagi anak-anak sekolah dan masyarakat perkotaan yang ingin mengenal lebih dekat hewan ternak lokal.
Lebih dari sekadar komoditas ekonomi, Ayam Kedu Putih juga memegang peran penting dalam budaya masyarakat setempat dan memiliki urgensi dalam upaya konservasi.
Di daerah asalnya, Ayam Kedu Putih seringkali dikaitkan dengan berbagai simbolisme. Warna putih sering diasosiasikan dengan kesucian, kemurnian, atau keberuntungan. Oleh karena itu, ayam ini kadang digunakan dalam ritual adat atau upacara syukuran.
Meskipun praktik adu ayam dilarang oleh hukum, tradisi memelihara Ayam Kedu yang gagah dan kuat sebagai "klangenan" atau hiburan masih tetap ada di beberapa komunitas. Hal ini menunjukkan betapa dalamnya ikatan antara masyarakat dan unggas ini.
Ayam Kedu Putih adalah salah satu kekayaan plasma nutfah Indonesia yang harus dijaga. Konservasi genetik bertujuan untuk mempertahankan keanekaragaman genetik ayam lokal, yang mungkin memiliki gen ketahanan terhadap penyakit tertentu, kemampuan adaptasi lingkungan, atau karakteristik produksi unik yang belum tentu dimiliki oleh ayam ras impor.
Hilangnya varietas ayam lokal berarti hilangnya potensi genetik yang tak tergantikan di masa depan. Konservasi dapat dilakukan melalui:
Sebagai sumber protein hewani yang mudah dibudidayakan di pedesaan, Ayam Kedu Putih berkontribusi pada ketahanan pangan lokal. Masyarakat dapat memeliharanya dengan biaya yang relatif rendah, menghasilkan daging dan telur untuk konsumsi keluarga atau dijual untuk pendapatan tambahan. Ini membantu mengurangi ketergantungan pada pasokan daging dan telur dari industri besar.
Untuk memberikan gambaran yang lebih konkret, mari kita lihat beberapa kisah sukses atau potensi implementasi budidaya Ayam Kedu Putih.
Ibu Sumiati, seorang ibu rumah tangga di Temanggung, memulai usaha budidaya Ayam Kedu Putih dengan hanya 10 ekor indukan. Ia fokus pada penetasan alami dan penjualan DOC serta ayam muda kepada tetangga. Dengan berbekal pengetahuan dari penyuluhan dinas peternakan, Ibu Sumiati berhasil mengembangkan usahanya. Ia menjaga kualitas pakan dengan kombinasi pakan pabrikan dan pakan alternatif dari sisa dapur serta hijauan di kebunnya. Dalam setahun, ia bisa menghasilkan ratusan DOC dan beberapa kali panen ayam pedaging. Kisah Ibu Sumiati menunjukkan bahwa dengan modal terbatas namun manajemen yang tepat, Ayam Kedu Putih bisa menjadi sumber penghasilan yang stabil bagi keluarga.
Di pinggiran kota Magelang, sebuah inisiatif agrowisata bernama "Kedu Farm & Edupark" berhasil menarik perhatian pengunjung. Mereka mengintegrasikan peternakan Ayam Kedu Putih dengan fasilitas edukasi dan rekreasi. Pengunjung dapat melihat langsung proses budidaya, memberi makan ayam, bahkan membeli produk olahan seperti telur ayam kampung organik atau sosis Ayam Kedu Putih. Anak-anak diajak belajar tentang siklus hidup ayam dan pentingnya konservasi plasma nutfah. Model ini tidak hanya menghasilkan keuntungan dari penjualan produk, tetapi juga dari tiket masuk dan paket edukasi, sekaligus mempromosikan Ayam Kedu Putih secara luas.
Seorang peternak muda di Yogyakarta berhasil menjalin kemitraan dengan beberapa chef terkemuka dan restoran masakan tradisional. Mereka menyuplai Ayam Kedu Putih secara eksklusif, yang kemudian diolah menjadi hidangan-hidangan premium. Para chef menghargai tekstur dan rasa daging Ayam Kedu Putih yang khas, serta narasi "ayam lokal asli Nusantara" yang dapat mereka jual kepada pelanggan. Ini adalah contoh bagaimana fokus pada kualitas dan membangun jaringan pasar yang tepat dapat menghasilkan keuntungan signifikan.
Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa potensi Ayam Kedu Putih tidak hanya terbatas pada produksi dasar, tetapi juga dapat dikembangkan melalui inovasi, kemitraan, dan promosi yang cerdas. Kunci utamanya adalah pemahaman yang mendalam tentang karakteristik ayam dan adaptasi strategi bisnis yang sesuai.
Ayam Kedu Putih adalah mutiara berharga dari kekayaan hayati Indonesia, khususnya dari tanah Kedu, Jawa Tengah. Dengan bulu putih bersih yang menawan, jengger merah menyala yang gagah, serta postur tubuh yang proporsional, ayam ini bukan hanya sekadar unggas ternak, melainkan juga simbol keindahan dan ketangguhan. Sejarahnya yang panjang, terjalin dengan mitos dan tradisi lokal, menambah kedalaman nilai-nilai yang terkandung dalam setiap hembusan napasnya.
Potensi ekonominya pun sangat beragam dan menjanjikan. Dari dagingnya yang gurih dan padat, telurnya yang bergizi, hingga nilai estetisnya sebagai ayam hias, Ayam Kedu Putih menawarkan peluang bagi peternak dari berbagai skala. Dengan penerapan pedoman budidaya yang baik—mulai dari perkandangan yang higienis, nutrisi pakan yang seimbang, manajemen reproduksi yang tepat, hingga program kesehatan dan biosekuriti yang ketat—produktivitas dan profitabilitas peternakan dapat dimaksimalkan.
Meskipun dihadapkan pada tantangan seperti persaingan dengan ayam ras, ketersediaan bibit murni, dan fluktuasi harga pakan, peluang yang terbuka jauh lebih besar. Meningkatnya kesadaran konsumen akan produk lokal dan organik, potensi pengembangan agrowisata, inovasi produk olahan, serta dukungan konservasi dari pemerintah dan lembaga, semua ini menjadi motor penggerak untuk masa depan yang lebih cerah bagi Ayam Kedu Putih.
Upaya konservasi genetik Ayam Kedu Putih menjadi sangat vital. Menjaga kemurnian dan keanekaragaman genetiknya adalah investasi jangka panjang bagi ketahanan pangan nasional dan warisan budaya. Ayam Kedu Putih adalah bukti nyata bahwa kekayaan lokal memiliki nilai tak terhingga, tidak hanya secara ekonomi, tetapi juga dalam mempertahankan identitas dan tradisi.
Masa depan Ayam Kedu Putih sangat bergantung pada kolaborasi antara peternak, peneliti, pemerintah, dan masyarakat. Dengan semangat inovasi, pelestarian, dan promosi yang gencar, Ayam Kedu Putih akan terus bersinar sebagai permata Nusantara yang mempesona, memberikan manfaat nyata bagi ekonomi dan kebanggaan bagi bangsa.
Mari bersama-sama mendukung pengembangan dan pelestarian Ayam Kedu Putih, agar generasi mendatang tetap bisa menikmati keunikan dan manfaat dari unggas lokal yang istimewa ini. Dari kandang-kandang sederhana di pedesaan hingga meja makan di perkotaan, pesona Ayam Kedu Putih akan terus memancarkan sinarnya.