Ilustrasi pergerakan hormonal yang memengaruhi suplai ASI.
Menyusui adalah momen yang penuh kebahagiaan dan ikatan antara ibu dan bayi. Namun, terkadang para ibu menyusui menghadapi tantangan, salah satunya adalah ASI seret atau berkurang saat mendekati atau selama masa haid. Fenomena ini cukup umum terjadi dan bisa membuat ibu khawatir. Penting untuk dipahami bahwa perubahan suplai ASI selama siklus menstruasi biasanya bersifat sementara dan dapat diatasi dengan pengetahuan yang tepat.
Penurunan produksi ASI saat haid sebagian besar disebabkan oleh fluktuasi hormon dalam tubuh ibu. Selama siklus menstruasi, kadar hormon progesteron dan estrogen mengalami perubahan signifikan. Menjelang ovulasi dan selama fase luteal (setelah ovulasi), kadar progesteron meningkat, yang secara alami dapat menekan produksi ASI. Puncak progesteron inilah yang seringkali bertepatan dengan periode menjelang haid.
Selain itu, beberapa ibu mungkin mengalami penurunan kadar prolaktin, hormon utama yang merangsang produksi ASI. Penurunan prolaktin ini juga terkait dengan siklus hormon bulanan. Setelah haid selesai, kadar hormon akan kembali normal, dan produksi ASI umumnya akan pulih dengan sendirinya.
Sebagian besar bayi dapat mentolerir sedikit penurunan suplai ASI. Mereka mungkin menjadi sedikit lebih rewel atau lebih sering meminta menyusu. Namun, jika penurunan suplai ASI terasa signifikan, bayi mungkin menunjukkan tanda-tanda kurang mendapatkan ASI yang cukup, seperti:
Penting untuk diingat: Perubahan suplai ASI saat haid biasanya bersifat sementara dan dapat diatasi. Jangan panik berlebihan, tetapi tetap perhatikan tanda-tanda kecukupan ASI pada bayi Anda.
Bagi ibu yang mengalami ASI seret saat haid, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan untuk membantu mengembalikan dan menjaga suplai ASI:
Stimulasi adalah kunci. Semakin sering bayi menyusu atau semakin sering payudara dikosongkan (melalui memerah ASI), semakin banyak sinyal dikirim ke otak untuk memproduksi ASI. Cobalah untuk menyusui bayi lebih sering, atau tambahkan sesi memerah ASI, terutama setelah menyusui bayi.
Minum air putih yang cukup sepanjang hari. Ibu menyusui membutuhkan lebih banyak cairan. Bawa botol air ke mana pun Anda pergi dan minumlah sebelum rasa haus datang.
Konsumsi makanan bergizi seimbang yang kaya akan protein, vitamin, dan mineral. Beberapa makanan yang dipercaya dapat membantu meningkatkan produksi ASI antara lain: daun katuk, almond, kurma, dan ikan gabus. Namun, pastikan konsumsi secukupnya dan sesuai kebutuhan.
Meskipun sulit, cobalah untuk relaks dan istirahat sebisa mungkin. Cari waktu untuk diri sendiri, dengarkan musik, atau lakukan aktivitas yang menenangkan. Dukungan dari pasangan atau keluarga sangat penting.
Pastikan bayi memiliki pelekatan (latch) yang baik pada payudara. Posisi menyusui yang nyaman dan efektif akan membantu bayi menghisap ASI lebih banyak, sehingga memberikan stimulasi yang optimal pada payudara.
Jika kekhawatiran Anda berlanjut atau Anda merasa suplai ASI sangat menurun dan memengaruhi bayi, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan konselor laktasi atau dokter. Mereka dapat memberikan saran yang lebih personal dan profesional.
Beberapa herbal atau obat-obatan (galaktogogue) diklaim dapat membantu meningkatkan produksi ASI. Namun, penggunaan ini sebaiknya didiskusikan terlebih dahulu dengan profesional kesehatan untuk memastikan keamanannya dan efektivitasnya bagi ibu dan bayi.
ASI seret saat haid memang bisa menjadi tantangan tersendiri, namun dengan pemahaman yang benar mengenai penyebabnya dan penerapan strategi yang tepat, ibu tetap dapat memberikan ASI yang cukup untuk buah hati tercinta. Ingatlah bahwa setiap ibu dan setiap bayi adalah unik, jadi temukan apa yang paling cocok untuk Anda.