Ilustrasi artistik yang menggambarkan burung bijak dan elemen cerita.
Hikayat Bayan Budiman merupakan salah satu karya sastra Melayu klasik yang kaya akan nilai moral dan nasihat. Cerita ini berpusat pada seekor burung bayan bernama Nuri, yang memiliki kecerdasan luar biasa dan kesetiaan tiada tara. Ia adalah peliharaan seorang saudagar kaya bernama Khoja Maimun. Keberadaan Bayan Budiman bukan sekadar sebagai hewan peliharaan, melainkan sebagai penasihat dan penjaga moral di dalam istana saudagar tersebut. Dengan kepandaiannya, ia seringkali menjadi perantara dan pelindung bagi kehormatan keluarga.
Alur cerita Hikayat Bayan Budiman pada dasarnya berputar pada usaha Bayan Budiman untuk melindungi tuannya, Khoja Maimun, dan istrinya, Bibi Zainab, dari berbagai godaan dan fitnah. Setiap kali ada potensi bahaya atau kesalahpahaman yang mengancam keharmonisan rumah tangga, Bayan Budiman dengan sigap memberikan nasihat atau menunda sebuah tindakan yang bisa berakibat fatal. Ini dilakukan dengan cara menceritakan kisah-kisah lain yang memiliki makna moral mendalam, sehingga dapat menginsafkan atau mengalihkan perhatian pihak yang bermasalah.
Kisah ini dimulai ketika Khoja Maimun harus melakukan perjalanan dagang ke negeri Mesir. Sebelum berangkat, ia berpesan kepada istrinya, Bibi Zainab, agar menjaga kehormatan diri dan rumah tangga. Ia juga menitipkan burung bayan kesayangannya, Bayan Budiman, sebagai penjaga. Namun, kepergian Khoja Maimun membuka peluang bagi bahaya untuk datang. Bibi Zainab, yang ditinggal sendiri, mulai merasa kesepian dan kemudian menjadi sasaran rayuan dari seorang pangeran bernama Indra Dewa.
Di sinilah peran Bayan Budiman mulai terlihat krusial. Ketika Bibi Zainab hampir saja menyerah pada rayuan Indra Dewa, Bayan Budiman beraksi. Ia mencegah Bibi Zainab untuk bertemu dengan pangeran tersebut dengan cara yang cerdik. Salah satu strategi yang paling terkenal adalah dengan menceritakan sebuah kisah tentang perbuatan tercela yang berujung pada kehancuran. Melalui cerita-cerita inilah, Bayan Budiman berusaha menanamkan kesadaran moral dan mengingatkan Bibi Zainab akan sumpahnya kepada sang suami.
Alur Hikayat Bayan Budiman kemudian terus berlanjut dengan serangkaian upaya Bibi Zainab untuk bertemu dengan Indra Dewa, dan serangkaian upaya Bayan Budiman untuk mencegahnya. Setiap kali Bibi Zainab hendak pergi, Bayan Budiman akan memulainya dengan sebuah cerita baru. Cerita-cerita ini bervariasi, mulai dari kisah tentang raja yang zalim, tentang orang yang menyesali perbuatannya, hingga tentang akibat buruk dari perzinahan dan perselingkuhan.
Setiap malam, ketika Bibi Zainab hendak membuka pintu untuk Indra Dewa, Bayan Budiman akan membacakan satu kisah. Cerita-cerita tersebut begitu memikat dan sarat makna, sehingga Bibi Zainab akan terlena mendengarkannya hingga pagi menjelang. Dengan demikian, ia tidak jadi bertemu dengan Indra Dewa dan terhindar dari perbuatan yang dilarang. Bayan Budiman dengan cerdik memainkan perannya sebagai pencerita yang bijak, menggunakan kekuatan narasi untuk menjaga moralitas.
Teknik Bayan Budiman ini menunjukkan bagaimana seni bercerita dapat digunakan sebagai alat untuk mendidik dan membentuk karakter. Ia tidak menggunakan kekerasan atau paksaan, melainkan kebijaksanaan dan persuasi melalui kata-kata. Hal ini mengajarkan pembaca tentang pentingnya menjaga diri dari godaan dan pentingnya memiliki pengetahuan untuk membuat keputusan yang tepat.
Setelah berulang kali digagalkan oleh Bayan Budiman, Indra Dewa mulai curiga ada sesuatu yang tidak beres. Ia pun bertanya kepada Bibi Zainab mengapa ia tidak bisa bertemu dengannya. Akhirnya, terungkaplah bahwa ada seekor burung bayan yang terus menghalanginya dengan cerita-cerita. Indra Dewa yang merasa tertipu dan marah, lalu memutuskan untuk membunuh burung bayan tersebut.
Ketika Khoja Maimun kembali dari perjalanannya, ia mendapati situasi yang tidak beres. Bibi Zainab menjelaskan semua kejadian yang dialaminya, termasuk upaya Indra Dewa untuk merayunya dan peran Bayan Budiman dalam melindunginya. Khoja Maimun, yang tadinya sempat ragu, akhirnya mempercayai penjelasan istrinya berkat kesaksian Bayan Budiman. Indra Dewa pun akhirnya diadili atas perbuatannya.
Kisah ini berakhir dengan kebahagiaan. Bayan Budiman terbukti memiliki kesetiaan dan kecerdasan yang luar biasa, dan Bibi Zainab berhasil menjaga kehormatannya. Hikayat ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya kesetiaan, kebijaksanaan, dan bagaimana menjaga diri dari godaan duniawi. Alur ceritanya yang dinamis dan penuh nilai moral menjadikan Hikayat Bayan Budiman tetap relevan dan terus dibaca hingga kini.