Kisah Putri Salju (Snow White) adalah salah satu dongeng klasik yang paling dicintai sepanjang masa, membawa pesan tentang kebaikan, kecemburuan, dan akhirnya kemenangan cinta sejati. Alur ceritanya yang kaya dan penuh makna telah menghibur generasi demi generasi, baik melalui buku maupun adaptasi layar lebar yang ikonik. Mari kita selami lebih dalam perjalanan menawan sang putri.
Cerita dimulai dengan seorang ratu yang sedang menjahit di dekat jendela yang terbuat dari bingkai hitam. Tanpa sengaja, ia menjatuhkan jarumnya ke salju putih, dan tiga tetes darah merah menetes ke salju tersebut. Melihat pemandangan itu, sang ratu berkeinginan dalam hati agar memiliki seorang anak perempuan yang berkulit seputih salju, semerah darah, dan serambut sehitam kayu hitam. Keinginannya terkabul, dan tak lama kemudian, ia melahirkan seorang putri yang persis seperti yang ia impikan. Sang putri diberi nama Putri Salju.
Sayangnya, kebahagiaan ini tidak berlangsung lama. Sang ratu meninggal dunia setelah melahirkan Putri Salju. Sang raja kemudian menikah lagi dengan seorang wanita cantik, namun memiliki hati yang buruk dan berjiwa sombong. Sang ratu baru ini memiliki sebuah cermin ajaib yang selalu ia tanyai, "Cermin ajaib di dinding, siapa yang paling cantik di negeri ini?". Selama bertahun-tahun, cermin itu menjawab bahwa dialah yang paling cantik. Namun, seiring waktu, kecantikan Putri Salju tumbuh semakin memesona. Suatu hari, ketika sang ratu kembali bertanya, cermin itu menjawab, "Tuan Putri Salju seribu kali lebih cantik daripada Anda."
Kemarahan dan kecemburuan menguasai sang ratu. Ia memerintahkan seorang pemburu istana untuk membawa Putri Salju ke hutan dan membunuhnya, serta membawakan jantung sang putri sebagai bukti. Pemburu yang baik hati merasa iba melihat kecantikan dan kepolosan Putri Salju. Ia tidak sanggup membunuh sang putri dan membiarkannya melarikan diri ke dalam hutan. Sebagai gantinya, ia membunuh seekor babi hutan muda dan mengambil jantungnya untuk diserahkan kepada sang ratu.
Tersesat di hutan yang lebat, Putri Salju berjalan tanpa arah hingga akhirnya menemukan sebuah pondok kecil yang tersembunyi. Pondok itu ternyata milik tujuh kurcaci yang bekerja di tambang. Dalam kelelahan, Putri Salju membersihkan pondok itu dan kemudian tertidur di salah satu dari tujuh ranjang kecil di sana. Ketika para kurcaci pulang, mereka terkejut melihat ada seorang gadis cantik tertidur di rumah mereka. Putri Salju kemudian menceritakan kisahnya, dan para kurcaci, yang berhati baik, memutuskan untuk melindunginya. Mereka memintanya untuk tinggal bersama mereka, membantu menjaga rumah, memasak, dan mencuci, dengan syarat ia harus berhati-hati terhadap ibunya.
Sang ratu, dengan bantuan cermin ajaibnya, mengetahui bahwa Putri Salju masih hidup. Ia tidak menyerah dan mencoba membunuh sang putri sendiri. Dengan menyamar sebagai seorang pedagang tua, ia pergi ke pondok para kurcaci dan menawarkan tali sepatu yang indah. Putri Salju, yang lupa akan peringatan para kurcaci, menerima tali sepatu itu dan mencoba memakainya. Sang ratu mengencangkan tali sepatu itu begitu kuat hingga Putri Salju tidak bisa bernapas dan jatuh pingsan. Beruntung, para kurcaci pulang tepat waktu dan berhasil menyelamatkan Putri Salju dengan memotong tali sepatu tersebut.
Tidak putus asa, sang ratu kembali dengan menyamar sebagai pedagang lain, kali ini menawarkan sisir beracun. Putri Salju lagi-lagi tergoda dan menyisir rambutnya dengan sisir tersebut. Ia pun jatuh pingsan. Sekali lagi, para kurcaci berhasil membangunkannya.
Tetapi sang ratu yang jahat tidak akan berhenti sampai di situ. Ia akhirnya menciptakan sebuah apel yang indah, setengah berwarna merah cerah dan setengah berwarna putih, yang telah ia racuni. Dengan menyamar sebagai seorang petani wanita, ia menawarkan apel itu kepada Putri Salju. Sang putri, yang sudah belajar dari pengalaman sebelumnya, ragu-ragu. Namun, sang ratu meyakinkannya bahwa apel itu manis dan tidak berbahaya. Sang putri pun menggigit apel itu dan seketika jatuh tergeletak tak bernyawa. Kali ini, racun itu begitu kuat sehingga para kurcaci pun tidak dapat menolongnya. Sedih luar biasa, mereka tidak sanggup mengubur Putri Salju di dalam bumi. Mereka membuat peti kaca agar kecantikannya tetap terlihat dan meletakkannya di atas gunung, dijaga oleh keempat saudara kurcacinya secara bergantian.
Suatu hari, seorang pangeran dari negeri tetangga sedang berburu di hutan dan melihat peti kaca yang indah di atas gunung. Ia terpesona oleh kecantikan Putri Salju yang terbaring di dalamnya. Ia jatuh cinta padanya seketika. Sang pangeran memohon kepada para kurcaci agar diperbolehkan membawa peti itu. Para kurcaci awalnya menolak, tetapi akhirnya mereka setuju. Saat peti itu diangkat, salah satu pelayan pangeran tersandung dan membuat peti itu sedikit berguncang. Potongan apel beracun yang tersangkut di tenggorokan Putri Salju pun terlepas. Perlahan, Putri Salju membuka matanya dan duduk.
Sang pangeran merasa sangat bahagia dan menyatakan cintanya kepada Putri Salju. Ia mengundangnya untuk datang ke istananya dan menikah dengannya. Putri Salju menerima lamarannya, dan keduanya pun menikah dalam sebuah pesta yang megah. Konon, sang ratu jahat juga diundang ke pesta tersebut. Ia datang dengan pakaian hitam dan merah, dan sebelum ia menyadari siapa pengantin wanita itu, ia dipaksa untuk menari dengan sepatu besi yang telah dipanaskan hingga membara. Ia pun mati di sana, dan kisah Putri Salju berakhir dengan kebahagiaan abadi bersama pangeran tercintanya.