"Frankenstein; atau, Prometheus Modern" karya Mary Shelley adalah sebuah mahakarya sastra yang memikat dengan alur ceritanya yang kompleks dan tema-tema mendalam. Lebih dari sekadar cerita horor tentang monster yang mengerikan, novel ini mengeksplorasi ambisi ilmiah yang tak terkendali, tanggung jawab pencipta, kesepian, dan sifat kemanusiaan itu sendiri. Memahami alur cerita Frankenstein berarti menelusuri perjalanan tragis Victor Frankenstein dan makhluk ciptaannya yang tak bernama.
Cerita dimulai dengan memperkenalkan Victor Frankenstein, seorang ilmuwan muda yang brilian dan penuh semangat di Jenewa. Sejak kecil, Victor memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap misteri kehidupan. Keinginannya untuk mengungkap rahasia di balik kematian dan kebangkitan mendorongnya untuk melakukan eksperimen yang melampaui batas-batas etika dan moralitas. Di universitasnya, ia terobsesi untuk menciptakan kehidupan baru dari materi mati. Setelah bertahun-tahun bekerja keras dalam isolasi, ia berhasil dalam tujuannya yang mengerikan: menghidupkan kembali sebuah tubuh yang ia susun dari bagian-bagian tubuh manusia.
Namun, momen penciptaan ini bukan menjadi puncak kebahagiaan bagi Victor. Sebaliknya, ia diliputi oleh kengerian melihat hasil karyanya. Makhluk yang ia ciptakan, dengan ukuran yang mengerikan dan penampilan yang menyeramkan, membuatnya jijik dan ketakutan. Dalam kepanikan, Victor meninggalkan makhluk tersebut, mengabaikan tanggung jawabnya sebagai pencipta. Keputusan ini menjadi titik balik yang menentukan nasib kedua karakter tersebut.
Terbengkalai dan sendirian, makhluk itu harus menghadapi dunia yang memandangnya dengan penuh ketakutan dan kebencian. Ia tidak memiliki nama, tidak memiliki tempat, dan tidak memiliki identitas. Perjalanan awalnya adalah perjuangan untuk bertahan hidup dan memahami dunia di sekelilingnya. Melalui pengamatan diam-diam terhadap sebuah keluarga petani, makhluk itu belajar berbicara, membaca, dan merasakan emosi manusia, termasuk kerinduan akan kasih sayang dan penerimaan. Ia menyadari bahwa penampilannya yang mengerikan adalah penghalang utama baginya untuk terhubung dengan orang lain.
Ketika makhluk itu akhirnya mencoba untuk berinteraksi dengan manusia, harapannya hancur berkeping-keping. Ia terus-menerus ditolak, diusir, dan diserang. Penderitaan ini perlahan mengubahnya. Rasa ingin tahunya yang awalnya polos berubah menjadi kebencian yang mendalam terhadap penciptanya yang telah memberinya kehidupan namun menolaknya. Kemarahan dan kesepian mendorongnya untuk mencari Victor, menuntut pertanggungjawaban atas eksistensinya yang menyakitkan.
Pertemuan pertama antara Victor dan makhluknya adalah momen yang penuh ketegangan dan ancaman. Makhluk itu mengungkapkan penderitaannya dan menuntut satu hal dari Victor: ciptaan lain, seorang pendamping perempuan. Ia berargumen bahwa dengan memiliki pasangannya sendiri, ia akan meninggalkan umat manusia dan menemukan kebahagiaan yang tersembunyi di tempat yang jauh. Victor, meskipun awalnya jijik, merasa terpojok oleh rasa bersalah dan juga ketakutan terhadap konsekuensi jika ia menolak.
Namun, saat Victor hampir menyelesaikan tugas kedua ini, ia kembali ragu. Ia membayangkan potensi bahaya dari ras makhluk baru dan memutuskan untuk menghancurkan karya yang belum selesai. Keputusan ini merupakan pukulan telak bagi makhluk itu. Merasa dikhianati untuk kedua kalinya, ia bersumpah untuk membalas dendam atas segala penderitaan yang telah dialaminya.
Sumpah balas dendam makhluk itu diwujudkan dengan cara yang paling kejam. Ia mulai membunuh orang-orang terdekat Victor: sahabatnya, Henry Clerval, dan tunangannya, Elizabeth Lavenza. Setiap kematian menambah beban rasa bersalah dan kesedihan Victor, namun juga memicu tekadnya untuk memburu dan menghancurkan makhluk ciptaannya.
Perburuan ini membawa Victor dan makhluknya ke tempat-tempat terpencil, dari pegunungan Alpen hingga dataran es Arktik. Victor, yang kesehatannya semakin memburuk karena kesedihan dan kelelahan, akhirnya mencapai Arktik, di mana ia bertemu dengan kapten kapal eksplorasi, Robert Walton. Victor menceritakan kisahnya kepada Walton sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir.
Setelah mendengar kisah Victor, Walton menemukan makhluk itu di atas gletser, meratapi kematian penciptanya. Makhluk itu mengungkapkan penyesalannya atas tindakannya, mengakui bahwa ia telah menjadi monster karena perlakuan buruk yang ia terima. Dalam kesendirian dan keputusasaan yang mendalam, ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri, melompat ke tumpukan api yang membakar dirinya sendiri.
Alur cerita Frankenstein adalah sebuah peringatan tentang bahaya ambisi yang tidak terkendali dan pentingnya empati serta tanggung jawab. Novel ini terus memikat pembaca dengan eksplorasi abadi tentang alam manusia dan konsekuensi dari tindakan kita.