Kisah Ashabul Kahfi adalah sebuah narasi yang sarat akan makna keimanan, keberanian, dan keteguhan hati. Diceritakan dalam kitab suci Al-Qur'an dan berbagai riwayat hadits, kisah ini mengangkat cerita tentang sekelompok pemuda yang beriman kepada Tuhan Yang Esa di tengah kekuasaan raja yang zalim dan menyembah berhala. Mereka terpaksa memilih antara menanggalkan keyakinan atau menghadapi ancaman hukuman mati. Kisah ini menjadi pengingat abadi akan kekuatan iman yang mampu melawan arus kebathilan.
Pada zaman dahulu, di sebuah negeri yang diperintah oleh seorang raja bernama Diqyanus, masyarakat dipaksa untuk menyembah patung dan berhala. Raja ini dikenal sangat kejam dan tidak segan menghukum siapa saja yang menolak untuk mengikuti kepercayaannya. Bagi Diqyanus, keberadaan Tuhan selain dirinya atau patung-patung yang disembahnya adalah sebuah penghinaan dan ancaman terhadap kekuasaannya.
Di tengah atmosfer penindasan dan kemusyrikan tersebut, tumbuhlah sekelompok pemuda yang memiliki hati yang bersih dan akal yang lurus. Mereka merasakan ada sesuatu yang salah dengan penyembahan berhala yang tidak memiliki kekuatan apa pun. Keyakinan mereka mulai terpusat pada satu Tuhan yang Maha Pencipta, yang tidak terlihat namun menciptakan segala sesuatu.
Secara umum, kisah Ashabul Kahfi merujuk pada 6 pemuda Ashabul Kahfi, meskipun ada perbedaan pendapat mengenai jumlah pasti mereka, yang paling umum disebutkan adalah enam orang pemuda. Nama-nama mereka, meskipun tidak selalu detail disebutkan dalam setiap riwayat, mereka adalah para bangsawan atau anak-anak terpandang di lingkungan istana dan kota.
Mereka adalah:
Selain keenam pemuda tersebut, ada pula seekor anjing yang setia menemani mereka. Anjing ini, yang bernama Qatmir dalam beberapa riwayat, juga menjadi bagian dari kisah ini, menunjukkan bahwa bahkan hewan pun dapat merasakan kehadiran dan kebaikan orang-orang yang beriman.
Ketika keimanan mereka kepada Allah SWT semakin kuat dan mereka tidak sanggup lagi untuk berpura-pura mengikuti kepercayaan kaumnya yang menyimpang, para pemuda ini mulai merasa terancam. Mereka berdiskusi dan sepakat bahwa menyembah selain Allah adalah sebuah kekufuran yang besar. Mengetahui bahaya yang mengintai, mereka memutuskan untuk menjauh dari kaumnya dan mencari tempat perlindungan.
Dalam keheningan malam, keenam pemuda tersebut bersama anjing mereka melarikan diri dari kota. Mereka mencari tempat yang aman untuk bersembunyi dan terus memelihara keimanan mereka. Setelah melakukan perjalanan, mereka menemukan sebuah gua yang cukup besar di sebuah bukit. Gua ini tampak sepi dan tersembunyi, menjadikannya tempat yang ideal untuk berlindung dari kejaran Raja Diqyanus.
Setibanya di dalam gua, para pemuda ini tertidur lelap. Kelelahan akibat pelarian dan ketenangan yang mereka rasakan di tempat baru membuat mereka terlelap dalam waktu yang sangat lama. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Kahfi ayat 11: "Maka Kami tutup telinga mereka (dengan menjadikannya tidak dapat mendengar suara apa pun) selama bertahun-tahun di dalam gua itu."
Mereka tertidur selama kurang lebih 309 tahun dalam hitungan tahun Syamsiyah, atau 300 tahun dalam hitungan tahun Qamariyah. Selama masa tidur panjang ini, Allah SWT menjaga tubuh mereka agar tidak membusuk dan memberikan mereka ketenangan. Cahaya matahari yang masuk ke dalam gua juga tidak menyinari mereka secara langsung, melainkan memancar dari samping, sebuah tanda perlindungan Ilahi.
Ketika Allah SWT berkehendak, para pemuda ini pun terbangun. Dunia di luar gua telah berubah drastis. Raja Diqyanus dan pemerintahannya yang zalim telah lama runtuh. Masyarakat telah berganti dan ajaran tauhid kembali tersebar luas, meskipun mungkin dengan berbagai bentuknya.
Salah seorang dari mereka, yang bernama Yamslikha, ditugaskan untuk pergi ke kota mencari makanan. Dengan hati-hati, ia keluar dari gua dan terkejut melihat perubahan yang terjadi. Pakaian, bangunan, dan cara hidup masyarakat sangat berbeda. Ketika ia mencoba membayar makanan dengan koin lama miliknya, pedagang tersebut merasa curiga dan mengira ia telah menemukan harta karun tersembunyi.
Berita mengenai pemuda yang keluar dari gua dengan koin kuno pun menyebar. Akhirnya, para pemuda Ashabul Kahfi ditemukan oleh masyarakat. Kebangkitan mereka dari tidur panjang yang ajaib ini menjadi bukti nyata kekuasaan Allah SWT dan penguat keimanan bagi orang-orang yang mendengarnya. Mereka dipandang sebagai tanda kebesaran Tuhan dan kesaksian hidup tentang perjuangan mempertahankan keyakinan di masa lalu.
Kisah 6 pemuda Ashabul Kahfi mengajarkan banyak pelajaran berharga:
Kisah Ashabul Kahfi terus menjadi inspirasi bagi umat manusia untuk selalu berpegang teguh pada keimanan dan berani berkata benar, serta meyakini bahwa pertolongan Allah akan selalu datang bagi mereka yang sabar dan bertakwa.